Kata Mutiara Imam Ibnu Rajab

Biografi Imam Ibnu Rajab Al Hanbali -rahimahullah-

Al Imam Al Hafidz dan Al Allamah Zainuddin Abdurrahman bin Ahmad bin Abdurrahman bin Al Hasan bin Muhammad bin Abu Al Barkat Mas'ud As Salami Al Baghdadi D Dimasyqi Al Hambali -rahimahullah- , yang lebih terkenal dengan nama Ibnu Rajab Al Hambali . Rajab adalah gelar kakeknya yang bernama Abdurrahmna. Semua sumber yang membahas biografi Ibnu Rajab sepakat bahwa beliau -rahimahullah- dilahirkan di Bahgdad pada tahun 736 H , delapan puluh tahun setelah jatuhnya ibukota Ilmu ketika itu, Baghdad ke tangan bangsa Mongol .

Al Imam Al Hafidz dan Al Allamah Zainuddin Abdurrahman bin Ahmad bin Abdurrahman bin Al Hasan bin Muhammad bin Abu Al Barkat Mas'ud As Salami Al Baghdadi D Dimasyqi Al Hambali -rahimahullah- , yang lebih terkenal dengan nama Ibnu Rajab Al Hambali . Rajab adalah gelar kakeknya yang bernama Abdurrahmna. Semua sumber yang membahas biografi Ibnu Rajab sepakat bahwa beliau -rahimahullah- dilahirkan di Bahgdad pada tahun 736 H , delapan puluh tahun setelah jatuhnya ibukota Ilmu ketika itu, Baghdad ke tangan bangsa Mongol .

Ibnu Rajab bernasabkan kepada keluarga mulia dalam ilmu, keutamaan dan kebaikan. Kakaenya Abdurrahman bin Al Hasan memiliki majelis ilmu di Baghdad dimana hadits dibacakan kepdanya didalam rumah tersebut. Ibnu Rajab menghadiri majelis ilmu tersebut tidak hanya sekali ketika berumur tiga tahun, atau empat atau lima tahun [Ibnu rajab berkata di dalam kitabnya Dzailuth Thabaqat 2/213-214," Dibacakan kepada kakekku, Abu Ahmad Rajab bin Al Hasan tidak hanya sekali di Baghdad. Ketika itu aku hadir da;am majelis sekita umur tiga atau empat atau lima tahun]. Sedangkan Ayah Ibnu rajab adalah Syaikh dan Pakar hadits Syihabuddin Ahmad bin Abdurrahman bin Al Hasan yang lahir di Baghdad th 706 H. Ibnu Rajab besar di kota Baghdad, mendengar hadits dari Syaikh-Syaikh Baghdad, dan membaca riwayat-riwayat. Kemudian Beliau pindah ke Damaskus pada tahun 744 H dan mendengar hadits disana, kemudian Hijaz dan Al Quds. Beliau duduk untuk belajar hadits di Damaskus dan mendapat manfaatnya. Ibnu Rajab memiliki semacam kamus khusus tentang Syaikh/ guru-gurunya yang dinukil darinya oleh Imam Ibnu Hajar di kitab Ad Durarul Kaminah.

Tahapan dalam Mencari Ilmu
Ayah Ibnu Rajab -rahimahullah- ingin sekali anaknya yakni Ibnu Rajab mendengar hadits dari para Syaikh terpercaya yang memiliki popularitas ilmiyah dalam periwayatan hadits di berbagai negeri Islam dan mengambil ijiazah dari mereka (ijazah adalah izin seorang syaikh kepada muridnya untuk meriwayatkan darinya hadits-hadits yang ia riwayatkan atau buku-bukunya, jadi ijazah mengandung penjelasan dari syaikh tersebut tentang izinnya kepada seorang murid untuk meriwayatkan hadits darinya -red). Agar dengan ijazah tersebut menjadi motivasi baginya dalam melanjutkan belajar dan bersabar diatasnya. Ibnu Rajab belajar hadits kepada ayahnya di Baghdad. Beliau juga mendengar hadits di Dsamaskus, Mesir dan lainnya negeri Islam. Sejumlah ulama yang pernah menjadi gurunya dan memberikan ijazah kepada beliau diantaranya adalah :
Syaikh-syaikh Ibnu Rajab dalam Ijazah
Zainab binti Ahmad bin Abdurraahim bin Al Maqdisyah yang wafat pada tahun 740 H ( Dzailuth Thabaqat 1/53,82,155)
Shafiyuddin ABul Fadhail Abdul Mukmin bin Abdul Haq bin Abdulloh Al Baghdadi yang wafat pada tahun 739 H. Shafiyyuddin memberikan ijazah kepada Ibnu Rajab untuk meriwayatkan darinya lebih dari sekali ( Dzailuth Thabaqat 2/430)
Abdurrahim bin Abdulloh Az Zuraiti (w 741 H). Ia guru di Al Mujahidiyah di Baghdad,Ibnu Rajab menghadiri pelajaran Abdurrahim ketika masih anak-anak (Dzailuth Thabaqot 2/436 )
Abu Ar Rabi' Ali bin Abdushshomad bin Ahmad Al Baghdadi Al Hambali (w 742 H)
Al Hafidz Al Qosim bin Muhammad Al Barzali -rahimahullah- (w 739 H)
Muhammad bin Ahmad bin Hassan At Tali Ad Dimasyqi -rahimahullah- (w 741 H), Syaikh Muhammad memberikan ijazah langsung dengan tulisannya sendiri kepada Ibnu Rajab.

Orang tua Ibnu Rajab kemudian membawanya ke Damskus pada tahun 744 H untuk melanjutkan studi di sana dan dikota selain Damaskus, dan belajar hadits dan lain-lain kepada para Syaikh terkemuka. Ketika itu Damskus adalah Slah satu markas Ilmu yang menjadi tujuan para pencari ilmu dari seluruh pelosok negeri untuk menuntut ilmu Syar'i., karena disana banyak sekali dibangun sekolah-sekolah oleh para Amir kaum Muslimin yang dikenal cinta Ilmu, menghormati ulama, menciptakan kondisi kondusif untuk belajar disana. Ibnu rajab diantaranya mendengar hadits dari :
Hakim Abul Abbas Ahmad bin Al Hassan bin Abdulloh -rahimahullah- (w 771 H)
Shihabuddin Abul Abbas Ahmad bin Abdurrahman Al Hariri Al Maqdisi Ash Shalihi -rahimahullah- (w 758 H)
Imaddudin Abul Abbas Ahmad bin Abdul Hadi bin Yusuf bin Muhammad bin Qudamah Al Maqdisi -rahimahullah- (w 754 H)
Taqiyuddin Abu Muhammad bin Muhammad bin Ibrohim bin Nashr bin Fahd -rahimahullah- (w 761 H)
Imam Izzudin Abu Ya'la Hamzah bin Musa Ahmad bin Barhan -rahimahullah- dikenal sebagai Ibnu Syaikh As Salamiyah (w 769 H)
Alauddin Ali bin Zainuddin Al Manja (w 750 H), beliau membacakan kepada Ibnu Rajab sejumlah hadits yang diriwayatkan Muslim di shahihnya dari Imam Ahmad
Umar bin Hasan bin Farid bin Umailah Al Maraghi Al Halabi Ad Dimasqi Al Mizzi -rahimahullah- (w 778 H)
Syamsuddin Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Salim Ad Dimasqi Al Anshari Al Ubadi -rahimahullah- yang dikenal sebagai Ibnu Al Khabbaz. Ayah Ibnu Rajab juga membacakan seluruh kandungan buku Al Musnad Imam Ahmad di hadapan Ibnu Al Khabbaz seperti yang dikatakan di kitab Al Minhaj Al Ahmadi 2/157. Di kitab Qowaidut Tahdits karya Al Qosimi hal 262 dikatakan bahwa Al Hafidz Abu Al Fadhl Al Iraqi membacakan Shahih Muslim kepada Muhammad bin Ismail Al Khabbaz di Damaskus di enam pertemuan beruntun. Pada pertemuan terakhir , Al Hafidz Abu Al Fahdl membacakan seperti isi kitab Shahih Muslim kepada Muhammad bin Islamil Al Khabaz dengan dihadiri Al Hafidz Zainuddin bin Rajab yang ketika itu memperbaiki naskahnya..
Syamsuddin Yusuf bin Abdurrahman bin Najm Al hambali -rahimahullah- (w 751 H)
Pakar Fiqh dan Faraidh, Jamaluddin Yusuf bin Abdulloh bin Al Afif Muahmmad An Nablusi (w 754). Ibnu Rajab membacakan Sunan Ibnu Majah kepada beliau .
Syamsuddin Abu Abdulloh Muahmmad bin Abu Bakr bin Ayyub Az Zar'I -rahimahullah- yang dikenal dengan Ibnu Qoyyim Al Jauziyah (w 751 H), Ibnu Rajab selalu menghadiri majelis Ilmu Ibnul Qoyyim sebelum wafatnya lebih dari setahun dan mendengar darinya Syair An Nuniyah, kitab karangannya dan lainnya.
Syihabuddin AHmad bin Muhammad bin Umar Ash Shalihi Asy Syairazi Ad Dimasqi (w 771 H).
Ibnu An Nabasy, slah satu sahabat Sharifuddin Abduk Mukmin bin Abdul Haq. Ibnu Rajab membacakan hapalan tentang mukhtashor Al Kharaqi kepada Ibnu An nabasy, mendengar banyak sekali kitab karangan beliau yang dibacakan kepada Ibnu rajab, dan menemaninya hingga wafat.
Abdurrahman bin Abu Bakr bin Ayyud bin Sa'ad bin hariz bin Makki Abu Al Faraj Zainuddin Az Za'I Ad Dimasqi (w 769 H), Beliau adalah Suadara dari Ibnu Qoyyim Al Jauziyah. Ibnu Rajab berkata tentang gurunya," Aku mendengarkan kitab At Tawakul karya Ibnu Abid Dunya kepada Abdurrahman bin Abu Bakr."
Setelah itu, Ibnu Rajab pergi ke Mesir sebelum tahun 754 H, disana beliau belajar hadits kepada :
Nashiruddin Muhammad bin Ismail bin Abdul Aziz bin Isa Bin Abu Bakr Al Ayyubi -rahimahullah- (w 756 H), Ibnu rajab banyak sekali menimba ilmu darinya.
Shadruddin Abu Al Fath Muhammad bin Muhammad bin Ibrahim Al Maidumi (w 754 H)
Fathuddin Abu Al Haram Muhammad bin Muhammad Al Qalansi Al Hambali (w765 H)
Izzuddin Abdul Aziz bin Muhammad bin Ibrahim bin Sa'dulloh bin Jama'ah , hakim/Qodhi di mesir (w 767 H). Ibnu Rajab bertemu beliau di Mesir dan Makkah, Ibnu rajab berkata di kitabnya Dzailuth Thabaqot 1/85 ," Syaikh kami, Abu Umar Abdul Aziz adalah hakim mesir dan ayahnya juga hakim di Mesir. Beliau melarang manusia memanggilnya dengan nama hakim agung atau menuliskan namanya seperti itu, dan memerintahkan mereka menggantinya dengannama Hakim kaum muslimin."
Ibnu Rajab juga bersahabat dengan Al Hafidz Zainuddin Abu Al Fahdl Abdurrahim bin Al Husain Al Iraqi (w 806 H) dan mendengar banyak hal bersamanya.

Ibnu Rajab kembali berada di bagdad pada tahun 748 H dan belajar kepada :
Jamaluddin Abul Abbas Ahmad bin Ali Bin Muhammad bin Al Babashiri Al Bagdadi (w 750 H). Ibnu Rajab menghadiri pengajian jamaluddin lebih dari sekali dan mendengar pembacaan hadits olehnya. (Dzailuth Thabaqat 2/446]
Shafiyuddin Abu Abdulloh Al Husain bin Badran Al bashri Al Baghdadi (w 749 H). Ibnu rajab membacakan hadits kepada Shafiyuddin, menghadiri majlis ilmunya, dan mendengar pembacaannya terhadap shahih Al Bukhori kepada Syaikh Jamaluddin Musafir bin Ibrahim Al Khalidi (Dzailuth Thabaqat 2/444)
Abu Al Abbas Ahmad bin Muhammad bin Sulaiman Al Hambali Al baghdadi (Dzailuth Thabaqat 1/301).
Tajuddin Abdulloh bin Abdul Mukmin bin Al Wajih Al Wasithi (w 740 H).
Sirajuddin Abu Hafsh Umar bin Ali bin Amr Al Qazuwini, seorang pakar hadits Iraq (w 750 H), Ibnu Rajab berkata dalam Dzailuth Thabaqat 2/444,"Sirajuddin Abu Hafsh Umar bin Ali Al Baghdadi Al Bazzar pergi ke Baghdad pada akhir usianya dan menetap beberapa lama disana, setelah itu ia menunaikan Haji tahun 749 H. Pada tahun itu juga aku menunaikan haji bersama ayahku, lalu kau membacakan tsulatsiyat Al Bukhori kepada Al Hullah Al Yazidiyah".
Ibnu Rajab sering bepergian ke Al Quds, Nablus, Mesir, Hijaz dan lainnya guna mencari hadits, ketika itu Damaskus adalah domisilinya. Ia pergi dari Damascus dan pulang kepadanya. Petualangannya mencari hadits berlangsung hingga tahun 763 H.
Di Al Quds, Ibnu Rajab mendengar hadits dari Al hafidz Shalahuddin Abu Sa'id Khalil bin Kaikalidi Al Alai (w 761 H). Ibnu Rajab berkata dalam Dzailuth Thabaqat 2/365 bahwa ia mendengarnya di baitul Maqdis berkata," Semoga Allah merahmati syaikhku Al Qodhi Taqiyuddin bin sulaiman yang aku dengar berkata,'Aku hanya sholat sendirian tidak berjamaah sebanyak dua kali dan sepertinya aku tidak pernah mengerjakannya'.
Di Makkah, Ibnu Rajab mendengar hadits dari Fakhruddin Utsman bin Yusuf bin Abu Bakr An Nuwairi Al Maliki (w 756 H) (ibnu Qodhi Syuhbah hal 488)
DI Biografi Syamsuddin Muhammad bin Syaikh Ahmad As Saqa di Dzailuth Thabaqat 2/446 disebutkan bahwa Ibnu Rajab menunaikan haji pada tahun 763 H dan di Makkah bertemu sejumlah ulama yang mulia.
Di Madinah, Ibnu rajab mendengar hadits dari Al hafidz dan sejarawan Madinah, Afufuddin Abu Muhammad Abdulloh bin Muhammad bin Muhammad Al Khazraji Al Ubadi Al Mathari (w 765 H) ( Dzailuth Thabaqat 2/370)
Dengan meninggalnya ayah Ibnu Rajab di tahun 774 H, Ibnu rajab berhenti dari mendengar hadits dari para Syaikh. kemudian sibuk dengan ilmu, membaca, menulis, mengarang, mengajar dan berfatwa hingga wafat.
Ibnu Rajab mengajar di Madarasah Al Hanabilah. Beliau menjadi terkenal di madrasah Al Kubra setelah wafatnya Al Qodhi Syamsuddin bin At Taqi tahun 788 H. Beliau mengajar di Madrasah tersebut hingga tahun 791 H.
Madrasah tersebut diwakafkan Syafarul Islam Abdul Wahhab bin Abdul Wahid bin Muhammad Al Anshari Asy Syairazi Ad Dimasyqi Al Hanbali yang merupakan faqih, orator dan syaikh sahabat-sahabat Imam Ahmad di Syam setelah wafatnya ayah Syafaratul Islam Abdul Wahhab dan pemimpin mereka tahun 536 H. Abdul Wahid ayah Syarafatul Islam adalah orang yang menyebarkan madzab Hanbali kepada penduduk Al Qodisiyah dan penduduk Damaskus. Sebelum itu, Madzab Hanbali tidak dikenal di daerah-daerah Al Quds dan Syam.
Semasa Hidup ayahnya, Ibnu Rajab menyelenggarakan halaqoh ( kajian) hari selalsa di Masjid Jami' Bani Umaiyyah. Halaqoh tersebut diperuntukkan bagi tokoh-tokoh madzab Imaam Ahmad setelah wafatnya Ibnu Qadhi Al Jabal pada tahun 771 H.
Imam Ibnu Rajab adalah orator ulung. Pidatonya menarik perhatian para pendengar, menggugah perasaan mereka, dan memahamkan agama Allah kepada mereka sesuia dengan ilmu bermanfaat yang diberikan Allah kepadanya, metode menarik, hati yang khusyu' dan niat yang benar.Berbagai kalngan berkumpul padanya dan hati manusia mencintainya.
Ibnu rajab menetap di Daar Al Hadits As Sukriyah di Al Qoshain ( sekang bernama Al Khaidhariyah) di pintu Al Jabiyah disebelah selatan Daar Al Qur'an Al Khaidhariyah yang masih ada sampai sekarang.Beliau menetap didalamnya hingga wafat.
Murid-murid Imam Ibnu Rajab
Al hafidz Ibnu rajab mengajarkan ilmunya. Oleh karena itu banyak sekali penuntut ilmu datang untuk belajar padanya, memanfaatkan semua ilmunya dan mendengarkan seluruh hadits yang diriwayatkan darinya. banyak sekali pencari ilmu yang setelah belajar padanya kemudian menjadi ulama terpercaya, meraih kedudukan tinggi dan meninggalkan risalah ilmiyah yang bermanfaat.
diantara para muridnya :
1. Hakim Agung Syihabuddin Abu Al Abbas Ahmad bin Abu Bakr bin Ahmad bin Ali Al Hanbali, yang lebih terkenal dengan nama Ibnu Ar Rassam ( w 844 H). Ibnu rajab memberikannya ijazah, dan beliau memliki buku berisi nasihat yang persis seperti buku syaikhnya yakni Ibnu rajab, yang berjudul Lathaiful ma'arif [lihat : Syadzaratul Dzzahab 7/252-253].
2. Muhibuddin Abu Al Fadhl Ahmad bin Nashrullah bin Ahmad bin Muhammad bin Umar Al Baghdadi Al Mishri, mufti Mesir ( w 844 H), Beliau mendengar hadits dari Ibnu rajab di damaskus, belajar fiqh padanya, an berinteraksi dengannya ( lihat : Adh Dhaul Lami 2/233-239 dan Syadzaratudz Dzahab 7/250].
3. Daud bin Sulaiman bin Abdullah Az Zain Al Mushili Ad Dimasqi Al hanbali [w 844 H]. Beliau mendengar syarah ibnu Rajab terhadap kitab Al Arbain An Nawawiyyah dan Lathaiful Ma'arif di majelis ilmu. [ lihat : Dhaul Lami' 3/212].
4. Abdurrahman bin Ahmad bin Muhammad bin Muhammad bin Yusuf Ad Dimasqi Al makki Asy Syafii ( w 853 H]. Ia mendengar hadits dari Ibnu Rajab di damascus.
5. Imam, orang alim, pakar tafsir, pakar hadits dan faqih, Zainuddin Abdurrahman bin Sulaiman bin Abu Al Karam Ad Dimasyqi Ash Shalihi. terkenal dengan nama Abu Syi'r [w 844 H]. Ia membacakan permulaan buku Al Mughni karya Imam Ibnu Qudamah kepada Ibnu rajab { Dhaul lami 4/82, Syadzaratudz DZahab 7/253].
6. Abu Dzar Abdurrahman bin Muhammad bin Abdullah bin Muhamamd Al Mishri Al Hanbali, terkenal dengan nama Az Zarkasyi [w 846 H].. Ia pergi ke damaskus sebelum tahun 803 H dan belajar Fiqh pada Ibnu Rajab [ Lihat Inbaul Gharm 9/194 dan Dhaul Lami' 4/136-137].
7. Al Imam, Orang alim, pakar ushul fiqh, Alauddin Abul Hasan Ali bin Muhammad bin Abbas Al Ba'li Ad Dimasyqi Al Hanbali , terkenal dengan nama Ibnu Lahham [w 803 H]. Ia menjadi murid Ibnu Rajab dan beajar fiqh padanya. ibnu rajab memberikan izin kepadanya untuk berfatwa dan berceramah di masjid jami' Al Umawi' di halaqoh-nya sepeninggalnya [ lihat : inbaul Gharm 4/301-302, Dhaul Lami' 5/320-321, Syadzaratudz Dzahab 7/31 dan Al Maqshid Al Arsyad 2/237 ].
8. Alauddin Ali bin Muhammad bin Ali Ath Thursusi Al Mizi [w 850]. Ia hadir di majelis ilmu Ibnu Rajab dan mendengarnya berkata," Az Zain Al iraqi mengirim surat kepadaku memintaku mensyarah At Tirmidzi." [lihat ; Dhaul Lami' 5/328].
9. Ali bin Muhammad bin Ibrahim Al ja'fari An nablusi Al Hanbali , lahir pada 752 H. As Sakhawi mewakafkan dua bukunya kepadanya, salah satunya berjudul rasyful Madam. As Sakhawi menukilkannya dari Ibnu rajab. Jadi Ali bin Muhammad seperti belajar fiqh dari Ibnu rajab [ lihat Dhaul Lami' 5/279].
10. Syaikh, Al Imam, orang alim, hakim, Alaudin Ali bin Muhammad bin Abu Bakr As Sulami Al Hamawi Al Hanbali [w 828 H]. ia belajar fiqh pada Ibnu rajab di Damaskus [ lihat : Dhaul Lami' 6/34 dan Al Maqshid Al Arsyad 2/264-266].
11. Abu hafash Umar bin Muhammad bin Ali bin Abu Bakr bin Muhammad As Siraj Al halabi Ad Dimasyqi Asy Syafii, {w 841 H]. ia mendengarkan hadist dari Ibnu Rajab di damskus [Dhaul Lami' 6/120].
12. Hakim Makkah Syamsyuddin Muhammad bin Ahmad bin Sa'id Al Maqdisi An nablusi Ad Dimasyqi Al Halbi [w 864 H]. Beliau emndengar hadiots dari Ibnu rajab di damaskus {lihat ; Dhaul Lami' 6/309].
13. Syihabuddin Ahmad bin Ali bin Muhammad Al Anshari Al halabi Ad Dimasyqi Ash Shalihi Al Hanbali, Ia muadzin di Masjid Jami' Al Umawi, terkenal dengan nama Ibnu Asy Syahham [w 864 H]. Ia menghadiri kajian Ibnu rajab di Damaskus { lihat : Dhaul Lami 2/41 dan Syadzaratudz Dzahab 7/303 ].
14. Qadhi Izzuddin Muhammad bin bahauddin Ali Al Maqdisi Al Hanbali. ia khatib Masjid Jami' Al Mudhaffari Di Shalihiyah, Damaskus [lihat ; Syadzaratudz Dzahab 7/147 ].
15. Qadhi Himsh, Syamsyuddin Muhammad bin Khalid bin Musa Al himshi yang terkenal dengan nama Ibnu Zahrah. beliau membacakan hadits pada Ibnu Rajab di damaskus [lihat : Syadzaratudz Dzahab 7/195 ].
16. Syamsuddin Abu ubaidillah Muhammad bin Khalil bin Thughan Ad Dimasyqi Al hariri Al Hanbali [ w 803 H]. Beliau mengikuti kajian ilmu di majelis Ibnu Rajab di damaskus [ lihat Syadzaratudz DZahab 7/35].
17. Hakim Agung Damaskus, Syamsuddin Abu Abdullah Muhammad bin Muhammad bin ubadah As Sa'di Al Anshar [ w 820 H], beliau belajar di majelis Ibnu Rajab di Damaskus
18. Muhibuddin Abu fadhl bin Syaikh Nashrullah yang lahir pada tahun 765 H di baghdad, dan belajar ilmu di majelis Ibnu Rajab di damaskus.
19. Al Imam, orator ulung dan hakim Agung Shadruddin Abu bakr bin ibrahim bin Muhammad bin Muflih (w 820 H) ( lihat : Ad Daris fi Tarikhil Madaaris 2/51).
20. Dan masih banyak lagi murid Beliau.

Ibnu Hijji berkata seperti dinukil Al Hafidz di kitab Ad Durarul Kaminah 3/176,' Sebagian besar sahabat-sahabat kami pengikut madzab Hanbali adalah murid Imam Ibnu Rajab."

Pujian Para Ulama kepada Imam Ibnu Rajab
1. Al Qadhi Alauddin bin Lahham berkata seperti dinukil oleh Yusuf bin Abdul Hadi," ibnu rajab adalah Syaikh kami, imam, orang alim, ulama paling istimewa, hafidz hadits, Syaikhul Islam, penerang bagi yang gelap dan penjelas segala hal yang tidak jelas ( berkaitan dengan keluasan ilmu beliau -red)" { lihat Al jauhar Al Mundzidh hal 48]. Al Qodhi juga berkata," Ibnu Rajab dalah Syaikh kami, Imam, orang alim, hafidz hadits, sisa generasi Salaf yang mulia, orang istimwa pada zamannya dan Syaikhul Islam"
2. Al Hafidz Syam dan sejarawan Islam, Syihabuddin Ahmad bin Hijji berkata seperti dinukil darinya oleh Al hafidz Ibnu Hajar," Ibnu Rajab hebat dalam banyak disiplin ilmu dan menjadi orang yang paling ahli tentang cacat hadits dan jalur-jalurnya. Sebagian besar sahabat-sahabt kami pengikut madzab hanbali adalah murid-muridnya di damaskus." [lihat : ibnaul Gharm 3/176].
3. Ibnu Nashiruddin Ad Dimasyqi berkata," Ibnu Rajab adalah syaikhul Islam, Imam, ulama hebat, orng zuhud, orang panutan, penuh berkah, Hafidz haits, narasumber, orang terpercayahujjah, orator hebat, pakar hadits, salah satu seorang imam yang zuhud dan ulama ahli ibadah." [lihat : Ar radd Wafir hal 176].
4. Ibnu Qadhi Syuhbah berkata,"Ibnu Rajab adalah Syaikh, pakar hadits, Al hafidz hadits, orang zuhud, wara', Syaikh para pengikut Madzab Hanbali, oang termulia dari mereka dan pakar hadits yang hebat." [lihat: Ibnu Qadhiy Syuhbabh 1/3/488].
5. Al Hafidz Ibnu Hajar berkata,"Ibnu Rajab adalah Syaikh, pakar hadits, hafidz hadits, nama-nama perawi, jalur-jalur hadits dan kana-maknanya. Ia rajin veribadah dan tahajjud." [lihat : Ad Durarul Kaminah 2/322 dan inbaul Gharm 3/176].
6. Taqiyuddin Muhammad bin Fahd berkata," Ibnu Rajab adalah Imam, Hafidz hadits, hujjah, faqih, narasumber, salah satu ulama yang zuhud, imam yang rajin beribadah, pakar hadits hebat, dan penasehat kaum muslimin." [lihat : Lahhul Alhadz hal 180].
7. Ibnu Muflih berkata,"Ibnu Rajab adalah Syaikh, ulama, hafidz hadits, orng zuhud, dan syaikh para pengkut madzab Hanbali." [lihat : Al Maqshid Al Arsyad 2/81].
8. Ysyuf bin Abdul Hadi berkata," Ibnu Rajab adalah Syaikh, imam, orang langka, panutan para hafidz hadits, penyatu perbedaan dan keutamaan, faqih, orang zuhud, orang hebat, pakar ushul fiqh, dan hadits.", Setelah menyebutkan sebagian besar buku-buku karya Ibnu Rajab, Yusuf bin Abdul Hadi berkata," Dan buku-buku lainnya yang bermanfaat yang tidak ada tandingannya,Ibnu rajab mempunyai analisa dalam banyak masalah berasal dari nash-nash Imam Ahmad dan sahabat-sahabatnya. Ia juga mempunyai banyak sekali masalah-masalah asing dan hal-hal bagus yang tidak mampu dihitung manusia." [ lihat ; Al Jauhar Al Mundzidh hal 46].
9. Imam As Suyuthi berkata," Ibnu Rajab adalah Imam, hafidz hadits, orang zuhud, dan syaikh para pengikut madzab Hanbali." {lihat : Dzailu Tadzkiratul Huffadz hal 367].
10. An Nu'ami berkata,"Ibnu Rajab adalah Syaikh, ulama, hadits, orang zuhud, dan syaikh para pengikut Madzab Hanbali." [lihat : Ad Daris fi tarikhil Madaaris 2/76].
11. Al Alimi berkata," ibnu rajab adalah salah satu Imam, hafidz hadits terkemuka, ulama yang zuhud dan pilihan." [Al Minhaj Al Ahmadi 2/174/1].
12. Ibnu Al Imad berkata," ibnu Rajab adalah Syaikh, Imam, orang alim,ulama,orang zuhud, orang panutan, orang berkah, hafidz hadits, narasumber, orang terpercaya, hujjah." [lihat : Syadzaratudz DZahab 6/339].

Wafatmya Ibnu Rajab
Al hafidz Ibnu Rajab wafat pada 795 H di Damaskus, dimakamkan di kuburan Al bab Ash Shaghir di samping kuburan Syaikh Abul faraj Abdul Wahid bin Muhammad Asy Syairazi Al Maqdisi Ad Dimasyqi yang wafat pada bulan Dzulhijjah 486 H.


Sumber : Panduan Ilmu dan Hikmah, Terjemah Jamiul Uluw Wal Hikmah, Penerbit darul Falah.
                umiromadliyanidotblogspotdotcom

Tambahan

Untaian Hikmah Perkataan Ibnu Rajab

العجب ممن عرف ربه ثم عصاه ، وعرف الشيطان ثم أطاعه .
لطائف المعارف [٦١]"
Ibnu Rajab rahimahullah berkata, "Sangat aneh orang yg mengenal Rabbnya namun dia bermaksiat kepadaNya. Dan dia juga mengenal setan namun dia menaatinya."
(Latha'if al Ma'arif: 61)

Pernyataan Empat Imam Mazhab Untuk Tidak Taklid Berlebihan

Dibawah ini adalah pernyataan Para Imam Mazdhab dalam mengikuti pendapat mereka.
Imam Abu Hanifah berkata:
“Kalau saya mengemukakan suatu pendapat yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tinggalkanlah pendapatku itu” (Kitab Al-Iqazh hal. 50).
“Tidak halal bagi seseorang mengikuti perkataan kami bila ia tidak tahu dari mana kami mengambil sumbernya” (I’lamul Muwaqin, 2/309).
“Jika suatu hadist shahih, itulah mazhabku” (Kitab Al Hasyiyah, 1/63).
Imam Malik berkata:
Saya hanyalah seorang manusia, terkadang salah, terkadang benar. Oleh karena itu, telitilah pendapatku. Bila sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah, ambillah; dan bila tidak sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah, tinggalkanlah.” (Kitab Ushul Al-Ahkam VI/149)
“Siapapun perkataannya bisa ditolak dan bisa diterima, kecuali hanya Nabi SAW sendiri” (Irsyad As Salik, 1/227).
Imam Syafi’i berkata:
“Setiap perkataanku bila berlainan dengan riwayat yang shahih dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, hadits Nabi lebih utama dan kalian jangan bertaqlid kepadaku.” (Ibnu Abi Hatim dalam Adabu Asy Syafi’I, hal 93).
“Setiap orang harus bermazhab kepada Nabi SAW dan mengikutinya. Apapun pendapat yang aku katakan atau sesuatu yang aku katakan itu berasal dari Nabi SAW tetapi ternyata berlainan dengan pendapatku, apa yang disabdakan oleh Rasulullah irulah yang menjadi pendapatku” (Ilamul Muwaqin, 2/363-364).
“Setiap hadist yang dating dari Nabi SAW, berarti itulah pendapatku. Sekalipun kalian tak mendengar langsung dariku” (Ibnu Abi Hatim dalam Adabu Asy Syafi’I, hal 93).
“Bila suatu perkara ada hadistnya yang sah dari Nabi SAW menurut kalangan ahli hadist, tetapi pendapatku menyalahinya, pasti aku akan mencabutnya baik selama aku hidup maupun setelah aku mati” (Al Hilyah, 9/107).
“Bila kalian menemukan sesuatu dalam kitabku yang berlainan dengan hadist Rasulullah, peganglah hadist Rasulullah dan tinggalkan pendapatku itu” (Al Hilyah, 9/107).
“Seluruh kaum muslimin telah sepakat bahwa orang yang secara jelas telah mengetahui suatu hadist dari Rasulullah tidak halal meninggalkannya guna mengikuti pendapat seseorang” (Al Filani, 68).
“Bila kalian mengetahui aku mengatakan suatu pendapat yang ternyata menyalahi hadist Nabi yang shahih, ketahuilah bahwa itu berarti pendapatku tidak berguna” (Adabu Asy Syafi’i hal. 93).
Imam Ahmad bin Hambal:
“Janganlah engkau taqlid kepadaku atau kepada Malik, Syafi’i, Auza’i dan Tsauri, tetapi ambillah dari sumber mereka mengambil” (Al-I’lam II/302).
“Pendapat Auza’i, Malik dan Abu Hanifah adalah rayu (pikiran), bagi sayasemua ra’yu itu sama saja, tetapi yang menjadi hujjah agama adalah yang terdapat pada atsar (hadist)” (Al Jami, 2/49).

“Barangsiapa menolak hadist Nabi, dia berada dalam jurang kehancuran”(Al Manaqib, 142).

Apa yang telah kamu ketahui tentang Saudi Arabia kini ?

Asy-Syaikh Al-‘Allamah Ibnul ‘Utsaimin rahimahullah berkata,
أقول- وأشهد الله تعالى على ما أقول وأشهدكم أيضاً – إنني لا أعلم أن في الأرض اليوم من يطبق من شريعة الله ما يطبقه هذا الوطن أعني المملكة العربية السعودية، وهذا بلا شك من نعمة الله علينا فلنكن محافظين على ما نحن عليه اليوم، بل ولنكنمستزيدين من شريعة الله- عز وجل- أكثر مما نحن عليه اليوم، لأنني لا أدّعي الكمال، وأننا في القمة بالنسبة لتطبيق شريعة الله لا شك أننا نخل بكثير منها، ولكننا خير والحمد لله مما نعلمه من البلاد الأخرى، ونحن إذا حافظنا على ما نحن عليه اليوم، ثم حاولنا الاستزادة من التمسك بدين الله- عز وجل- عقيدة ومنهاجًا فإن النصر يكون حليفنا ولو اجتمع علينا مَنْ بأقطارها، لأن الله- عز وجل- يقول وهو الذي بيده ملكوت السماوات والأرض: (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ وَالَّذِينَ كَفَرُوا فَتَعْسًا لَهُمْ وَأَضَلَّ أَعْمَالَهُمْ)
“Aku katakan –dan aku persaksikan kepada Allah dan kepada kalian terhadap ucapanku ini- bahwa sungguh aku tidak mengetahui di dunia ini pada masa ini yang menerapkan syari’at Allah seperti yang diterapkan negeri ini, maksudku Kerajaan Arab Saudi, dan tidak diragukan lagi ini termasuk nikmat Allah kepada kita, maka hendaklah kita menjaga nikmat yang kita rasakan hari ini, bahkan hendaklah kita menambah penerapan syari’at Allah ‘azza wa jalla lebih banyak lagi dari apa yang sudah kita terapkan hari ini, karena kita tidak boleh mengklaim sempurna (dalam penerapan syari’at), dan memang pada kenyataannya dalam penerapan syari’at kita masih banyak kekurangan, akan tetapi segala puji hanya bagi Allah sepanjang yang kami ketahui bahwa syari’at yang kita terapkan lebih baik dari negeri-negeri yang lain.
Dan apabila kita menjaga apa yang sudah kita capai hari ini, kemudian kita terus berusaha menambah kuat berpegang teguh dengan agama Allah ‘azza wa jalla, baik aqidah maupun manhaj, maka pertolongan Allah akan selalu bersama kita meski seluruh dunia bersatu untuk memusuhi kita, karena Allah ‘azza wa jalla yang di tangan-Nya kerajaan langit dan bumi telah berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ وَالَّذِينَ كَفَرُوا فَتَعْسًا لَهُمْ وَأَضَلَّ أَعْمَالَهُمْ
“Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. Dan orang-orang yang kafir maka kecelakaanlah bagi mereka dan Allah menghapus amal-amal mereka.” (Muhammad: 7-8).” [Majmu’ Fatawa war Rosaail, 25/505-506]
Kebaikan Pemerintah Arab Saudi untuk Kaum Muslimin Dunia
Kita tidak menutup mata, layaknya manusia biasa, pemerintah dan ulama Saudi tentunya memiliki kesalahan dan kekhilafan. Akan tetapi, orang yang berbudi tentu tidak mudah melupakan kebaikan saudaranya, sedangkan orang yang tidak berbudi, alias tidak tahu balas budi, sulit bagi mereka mengingat kebaikan orang lain, prasangka buruk mereka telah menutupi semua kebaikan yang ada pada saudaranya, seperti kata penyair:
وعين الرضا عن كل عيب كليلة … ولكن عين السخط تبدي المساويا
“Pandangan simpati menutupi segala cela, Pandangan benci menampakkan segala cacat.”
Kebaikan pemerintah Saudi terhadap kaum muslimin dunia sudah tidak terhitung jumlahnya, termasuk Indonesia. Ratusan masjid dibangun oleh pemerintah maupun yayasan sosial yang mengumpulkan dana dari pemerintah dan masyarakat Saudi serta santunan fakir miskin dan pembuatan sumur-sumur sebenarnya sudah sangat banyak, hanya saja jarang diekspos oleh media.
Pemerintah Saudi juga membuka cabang universitas Al-Imam Muhammad bin Su’ud di Jakarta untuk kaum muslimin di Indonesia. Sampai saat ini saya tidak tahu ada sekolah di Indonesia yang dibangun oleh pemerintah mana pun di dunia ini dengan menyewa dua buah gedung besar dan mewah untuk kaum muslimin di Indonesia secara gratis. Bukan hanya itu, para mahasiswa juga digaji, buku-buku diberikan secara gratis, asrama juga gratis.
Cabang universitas Muhammad bin Su’ud ini juga terdapat di negeri-negeri lain. Di dalam negeri Saudi sendiri, saat ini ada ribuan pelajar muslim dari seluruh dunia, termasuk anak-anak bangsa Indonesia. Mereka belajar secara gratis plus digaji oleh pemerintah Saudi, bahkan di masa Pemerintahan Raja Salman bin Abdul Aziz hafizhahullah yang baru ini, beliau melipatgandakan gaji mereka di bulan ini.
Ketika terjadi Tsunami Aceh dan Sumatera Utara, negara-negara Barat gembar-gembor di media massa mengumumkan sumbangan-sumbangan mereka, padahal nilainya juga tidak terlalu besar, itupun ternyata sebagian besarnya berupa pinjaman. Diam-diam pemerintah Saudi, hampir tidak terekspos oleh media (entah sengaja atau tidak?!), telah mengirim pesawat-pesawatnya ke Aceh yang mengangkut berbagai macam bantuan. Beberapa media ketika itu menginfokan:
“Rakyat dan pemerintah Arab Saudi menyumbang US$530 juta (sekitar Rp. 4,8 triliun) untuk korban gempa dan gelombang tsunami di Aceh dan Sumatra Utara. Semua sumbangan itu berbentuk hibah. Dari total hibah itu, sebesar US$280 juta berupa uang tunai yang terdiri dari sumbangan masyarakat sebesar US$250 juta dan dari pemerintah Kerajaan Arab Saudi sebesar US$30 juta. Sementara US$250 juta sisanya berbentuk makanan, obat-obatan, selimut, dan alat-alat kedokteran.” 
“Semua sumbangan itu merupakan hibah (pemberian), bukan utang yang harus dibayar. Sumbangan berupa hibah ini tentu saja lebih baik daripada sumbangan yang berupa utang. Karena utang ini di kemudian hari akan menjadi beban masyarakat Indonesia. Meskipun utang itu bersifat pinjaman lunak (soft loan), rakyat Indonesia tetap harus membayarnya,” ungkap salah seorang tokoh.
Adakah bantuan Saudi untuk Palestina? Apakah benar tuduhan dusta lagi keji yang dihembuskan orang-orang Syi’ah, bahwa Saudi bekerjasama dengan Inggris hingga Palestina berhasil dicaplok Yahudi? Jawabannya, kenyataan yang ada sangat bertolak belakang dengan tuduhan dusta tersebut. Ketika hizbiyyunmasih sibuk berdemo untuk Palestina dan mengkritik fatwa ulama Saudi akan haramnya demo, Pemerintah Saudi dan masyarakatnya telah mengumpulkan dana dalam jumlah yang sangat besar untuk Palestina. Media menginformasikan:
“Raja Arab Saudi pada Senin mengumumkan sumbangan senilai satu miliar dolar AS bagi pembangunan kembali Gaza yang digempur secara ofensif oleh Yahudi selama beberapa pekan. “Atas nama rakyat Saudi, saya umumkan sumbangan sebesar 1 miliar dolar bagi program pembangunan kembali Gaza,” kata Raja Saudi pada pembukaan konferensi tingkat tinggi Arab di Kuwait.”
Ketika Amerika Serikat menekan Saudi untuk memboikot pemerintahan Palestina dengan tidak memberi bantuan, media memberitakan:
“Arab Saudi menegaskan bahwa mereka akan tetap melanjutkan pemberian bantuan dana yang jumlahnya sekitar 15 juta dollar AS setiap bulannya untuk pemerintah Palestina.”
Media lain menginfokan sumbangan seorang pengusaha:
“Seorang pengusaha Saudi yang menolak untuk disebutkan identitasnya ini- pada hari senin, sumbangkan 25 juta Riyal untuk membantu rakyat Gaza.”
Catatan Asy-Syaikh Hamd Al-‘Utsman hafizhahullah:
Dalam beberapa tweet beliau menyebutkan diantaranya,
1)      Tidak Ada yang Mengingkari Bantuan Saudi untuk Kaum Muslimin Dunia, Kecuali…?
مواقف السعودية في نصرة قضايا الإسلام في كل أقطار الدنيا لا ينكرها إلا عدو نفسه،قال النبي “لايشكر الله من لايشكر الناس“.
“Peran-peran Saudi dalam membantu permasalahan-permasalahan Islam di seluruh dunia tidak ada yang mengingkarinya kecuali musuh dirinya sendiri, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
لَا يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لَا يَشْكُرُ النَّاسَ
“Tidaklah bersyukur kepada Allah, orang yang tidak berterima kasih kepada manusia.” (HR. Ahmad, Abu Daud dan At-Tirmidzi dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Ash-Shahihah: 416)
2)      Pembangunan Masjid-masjid dan Pusat-pusat Islam Hingga ke Kutub Utara:
غالبية المساجد والمراكز الإسلامية في الخارج بُنيت بدعم الدولة السعودية وتبرعات شعبه السخي،حتى بلغت مآذن المساجد القطب الشمالي.
“Banyak sekali masjid dan pusat-pusat dakwah Islam di luar Saudi, dibangun dengan dukungan Pemerintah Saudi dan bantuan dana masyarakatnya yang dermawan, hingga tempat-tempat berkumandang adzan dari masjid-masjid sampai ke Kutub Utara”.
3)      Peran Arab Saudi dalam Menyelamatkan Kuwait dari Pembantaian Partai Sosialis Komunis Ba’tsi Iraq dan Bahrain dari Serangan Syi’ah Iran:
لا ننسى نصرة السعودية للكويت في تحريرها من الاحتلال البعثي،كما لاننسى نصرتها للبحرين في منع الغزو الايراني لها،والوفاء شيمة المسلم.
“Jangan engkau lupa bantuan Saudi untuk Kuwait dalam membebaskannya dari penjajahan Partai Ba’ts, jangan pula engkau lupa dengan bantuan Saudi terhadap Bahrain dalam menghalau serangan pasukan Iran, dan menunaikan janji adalah sifat seorang muslim”.
4)      Peran Arab Saudi dalam Jihad Afghanistan:
السعودية دفعت أبناءها للدفاع عن أفغانستان من الاحتلال الروسي فضلا عن المليارات،وكافأنا جاحدالجميل بإقامة معسكرات تدريب هناك لغزونا.
“Saudi telah mengerahkan anak-anak negerinya untuk membela Afghanistan dari penjajahan Rusia, apalagi milyar-milyar dananya…”
5)      Peran Arab Saudi dalam Membantu Dunia Islam dan Pakistan Secara Khusus dalam Pengembangan Senjata Nuklir:
السعوديةدفعت المليارات لتنمية الدول الإسلامية لمنشآتهاالتعليميةوالصحيةوالعسكرية،والكهرباء والماءوالطرق،ودعمت باكستان في صناعة السلاح النووي.
“Saudi telah membantu milyar-milyar dananya untuk mengembangkan negeri-negeri Islam; untuk pembangunan dalam pendidikan, kesehatan, militer, listrik, air, jalan-jalan, dan membantu Pakistan dalam pengembangan senjata nuklir”.
6)      Peran Arab Saudi dalam Menyelamatkan Bosnia:
في الوقت الذي فرضت فيه الأمم المتحدة منعا لتوريد الأسلحة في حرب البلقان زودت السعودية البوسنة والهرسك بالأسلحة لدفع عدوان الصرب عليهم.
“Ketika PBB memboikot impor senjata dalam Perang Balkan, Saudi membekali Bosnia dan Herzegovina dengan senjata-senjata untuk membela diri dari kezaliman Serbia kepada mereka.”
7)      Peran Arab Saudi dalam Membantu Palestina:
سليم الزعنون رئيس المجلس الوطني الفلسطيني:السعودية فتحت لنا مخازن أسلحة جيشها وزودتنا بالأسلحة عام ١٩٧٨.
“Salim Az-Za’nun, Pemimpin Majelis Tanah Air Palestina berkata: Saudi telah membuka untuk kami gudang-gudang penyimpanan senjata tentaranya dan membekali kami dengan berbagai senjata sejak tahun 1978.”
Raja Salman bin Abdul Aziz hafizhahullah berkata,
فلسطين قضيتناالأولى
“Palestina adalah permasalahan kami yang pertama.”
Kebaikan Ulama Saudi untuk Kaum Muslimin Dunia
Bukan hanya pemerintahnya yang berusaha membantu Palestina, para ulama di Saudi pun mengeluarkan fatwa sebagai dorongan kepada masyarakat dan kaum muslimin di seluruh dunia untuk ikut membantu. Inilah fatwa ulama yang dituduh secara dusta dan keji oleh sebagian orang, bahwa mereka telah bersekongkol dengan Yahudi untuk merebut Palestina:
Fatwa Lembaga Resmi untuk Fatwa Kerajaan Saudi Arabia
Al-Lajnah Ad-Daimah Lil Buhuts Al-‘Ilmiyah wal Ifta’
Tentang Masalah Palestina
“Segala puji hanyalah milik Allah Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi dan rasul yang paling mulia, nabi kita Muhammad dan kepada keluarga beliau beserta para shahabatnya dan ummatnya yang setia mengikutinya sampai akhir zaman. Wa ba’da;
Sesungguhnya Lajnah Da’imah lil Buhutsil ‘Ilmiyah wal Ifta’ (Komite Tetap untuk Penelitian Ilmiah dan Fatwa) di Kerajaan Saudi Arabia mengikuti (perkembangan yang terjadi) dengan penuh kegalauan dan kesedihan akan apa yang telah terjadi dan sedang terjadi yang menimpa saudara-saudara kita muslimin Palestina dan lebih khusus lagi di Jalur Gaza, dari angkara murka dan terbunuhnya anak-anak, kaum wanita dan orang-orang yang sudah renta, dan pelanggaran-pelanggaran terhadap kehormatan, rumah-rumah serta bangunan-bangunan yang dihancurkan dan pengusiran penduduk. Tidak diragukan lagi ini adalah kejahatan dan kedzaliman terhadap penduduk Palestina.
Dan dalam menghadapi peristiwa yang menyakitkan ini wajib atas ummat Islam berdiri satu barisan bersama saudara-saudara mereka di Palestina dan bahu membahu dengan mereka, ikut membela dan membantu mereka serta bersungguh-sungguh dalam menepis kedzaliman yang menimpa mereka dengan sebab dan sarana apa pun yang mungkin dilakukan sebagai wujud dari persaudaraan seagama dan seikatan iman.
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara.” (Al-Hujurat: 10)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ
“Orang-orang mukmin laki-laki dan orang-orang mukmin perempuan sebagian mereka adalah penolong bagi sebagian yang lain.” (At-Taubah: 71)
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
إِنَّ الْمُؤْمِنَ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا وَشَبَّكَ أَصَابِعَهُ
“Seorang mukmin bagi mukmin yang lain adalah seperti sebuah bangunan yang saling menopang, lalu beliau menautkan antar jari-jemari (kedua tangannya).” (Muttafaqun ‘Alaihi)
Beliau juga bersabda,
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِى تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالْحُمَّى وَالسَّهَرِ
“Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal kasih sayang, kecintaan dan kelemah-lembutan diantara mereka adalah bagaikan satu tubuh, apabila ada satu anggotanya yang sakit maka seluruh tubuh juga merasakan sakit dan tidak bisa tidur.” (Muttafaqun ‘Alaihi)
Beliau juga bersabda,
الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يَخْذُلُهُ وَلاَ يَحْقِرُهُ
“Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, dia tidak mendzalimi saudaranya, tidak menipunya, tidak memperdayanya dan tidak meremehkannya.” (HR. Muslim)
Dan pembelaan bentuknya umum mencakup banyak aspek sesuai kemampuan sambil tetap memperhatikan keadaan, apakah dalam bentuk benda atau suatu yang abstrak dan apakah dari awam muslimin berupa harta, makanan, obat-obatan, pakaian, dan yang lain sebagainya. Atau dari pihak pemerintah Arab dan negeri-negeri Islam dengan mempermudah sampainya bantuan-bantuan kepada mereka dan mengambil posisi di belakang mereka dan membela kepentingan-kepentingan mereka di pertemuan-pertemuan, acara-acara, dan musyawarah-musyawarah antar negara dan dalam negeri. Semua itu termasuk ke dalam bekerjasama di atas kebajikan dan ketakwaan yang diperintahkan di dalam firman-Nya,
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى
“Dan bekerjasamalah kalian di atas kebajikan dan ketakwaan.” (Al Ma’idah: 2)
Dan termasuk dalam hal ini juga, menyampaikan nasihat kepada mereka dan menunjuki mereka kepada setiap kebaikan bagi mereka. Dan diantaranya yang paling besar, mendoakan mereka pada setiap waktu agar cobaan ini diangkat dari mereka dan agar bencana ini disingkap dari mereka dan mendoakan mereka agar Allah memulihkan keadaan mereka dan membimbing amalan dan ucapan mereka.
Dan sesungguhnya kami mewasiatkan kepada saudara-saudara kami kaum muslimin di Palestina untuk bertakwa kepada Allah Ta’ala dan bertaubat kepada-Nya, sebagaimana kami mewasiatkan mereka agar bersatu di atas kebenaran dan meninggalkan perpecahan dan pertikaian, serta menutup celah bagi pihak musuh yang memanfaatkan kesempatan dan akan terus memanfaatkan (kondisi ini) dengan melakukan tindak kesewenang-wenangan dan pelecehan.
Dan kami menganjurkan kepada semua saudara-saudara kami untuk menempuh sebab-sebab agar terangkatnya kesewenang-wenangan terhadap negeri mereka sambil tetap menjaga keikhlasan dalam berbuat karena Allah Ta’ala dan mencari keridha’an-Nya dan mengambil bantuan dengan kesabaran dan shalat dan musyawarah dengan para ulama dan orang-orang yang berakal dan bijak disetiap urusan mereka, karena itu semua potensial kepada taufik dan benarnya langkah.
Sebagaimana kami juga mengajak kepada orang-orang yang berakal di setiap negeri dan masyarakat dunia seluruhnya untuk melihat kepada bencana ini dengan kacamata orang yang berakal dan sikap yang adil untuk memberikan kepada masyarakat Palestina hak-hak mereka dan mengangkat kedzaliman dari mereka agar mereka hidup dengan kehidupan yang mulia. Sekaligus kami juga berterima kasih kepada setiap pihak yang berlomba-lomba dalam membela dan membantu mereka dari negara-negara dan individu.
Kami mohon kepada Allah dengan nama-nama-Nya yang husna dan sifat-sifat-Nya yang tinggi untuk menyingkap kesedihan dari ummat ini dan memuliakan agama-Nya dan meninggikan kalimat-Nya dan memenangkan para wali-Nya dan menghinakan musuh-musuh-Nya dan menjadikan tipu daya mereka boomerang bagi mereka dan menjaga ummat Islam dari kejahata-kejahatan mereka, sesungguhnya Dialah Penolong kita dalam hal ini dan Dzat Yang Maha Berkuasa.
Dan shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad dan kepada keluarga serta shahabatnya dan ummatnya yang mengikuti beliau dengan baik sampai hari kiamat.”
Tertanda:
Mufti Saudi Kerajaan Arab Saudi dan Ketua Komite Ulama Besar: Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah Aalusy Syaikh hafizhahullah.
Dan Para Ulama Anggota Komite Tetap untuk Penelitian Ilmiah dan Fatwa Kerajaan Arab Saudi
[Sumber terjemahan dari website Ahlus Sunnah Jakarta dengan sedikit perubahan dan teks Asli dari website Sahab]
Bantuan kepada kaum muslimin di berbagai penjuru dunia, oleh ulama Saudi bukan sekedar fatwa belaka, namun benar-benar diamalkan oleh para ulama tersebut. Diantaranya dalam kisah-kisah berikut:
Keteladanan Mufti Saudi Arabia dan Ketua Umum Rabithah Al-‘Alam Al-Islami di masanya, Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullah
Ali bin Abdullah Ad-Darbi menceritakan, “Ada satu kisah yang sangat berkesan bagiku, pernah suatu saat berangkatlah empat orang dari salah satu lembaga sosial di Kerajaan Saudi Arabia ke pedalaman Afrika untuk mengantarkan bantuan dari pemerintah negeri yang penuh kebaikan ini, Kerajaan Saudi Arabia.
Setelah berjalan kaki selama empat jam dan merasa capek, mereka melewati seorang wanita tua yang tinggal di sebuah kemah dan mengucapkan salam kepadanya, lalu memberinya sebagian bantuan yang mereka bawa. Maka berkatalah sang wanita tua, “Dari mana asal kalian?”
Mereka menjawab, “Kami dari Kerajaan Saudi Arabia”. Wanita tua itu lalu berkata, “Sampaikan salamku kepada Syaikh Bin Baz”. Mereka berkata, “Semoga Allah merahmatimu, bagaimana Syaikh Bin Baz tahu tentang Anda di tempat terpencil seperti ini?” Wanita tua menjawab, “Demi Allah, Syaikh Bin Baz mengirimkan untukku 1000 Riyal setiap bulan, setelah aku mengirimkan kepadanya surat permohonan bantuan, setelah aku memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala”.” [Koran Al-Madinah, no. 13182]
Salah seorang murid Syaikh Bin Baz rahimahullah pernah bercerita, “Pada suatu malam, ketika Syaikh Bin Baz rahimahullah sedang shalat tahajjud, tiba-tiba terdengar suara orang melompat ke rumahnya, maka Syaikh pun membangunkan anak-anaknya untuk melihat apa yang terjadi, dan beliau tetap melanjutkan shalatnya, setelah beliau shalat barulah anak-anaknya mengabari bahwa telah ditangkap seorang pencuri, dia adalah seorang pekerja dari Pakistan, lalu Syaikh minta pencuri itu dihadirkan ke hadapannya. Pertama sekali yang beliau lakukan adalah membangunkan tukang masak dan memasakkan makanan untuknya, setelah si pencuri makan sampai kenyang, beliau memanggilnya dan berkata, “Kenapa engkau melakukan ini?” Pencuri menjawab, “Ibuku di Pakistan saat ini sedang dirawat di rumah sakit dan membutuhkan biaya 10.000 Riyal, sedang saya hanya memiliki 5.000 Riyal, maka saya hanya mau mencuri 5.000 Riyal.” Maka Syaikh menghubungi salah seorang muridnya yang berasal dari Pakistan untuk mencari kebenaran akan perkataan si pencuri. Pada hari berikutnya, Syaikh telah mendapatkan kebenaran atas pengakuan si pencuri, beliau pun memberikan kepadanya bantuan sebesar 5.000 Riyal dan menambah lagi 5.000 Riyal dengan anggapan kemungkinan dia membutuhkannya, maka total bantuan Syaikh kepadanya sebesar 10.000 Riyal. Singkat cerita, pencuri ini kemudian menjadi murid Syaikh dan selalu menyertai beliau sampai wafatnya.”[Disarikan dari ceramah, “Maqaathi’ Muatststsiroh; Ibnu Baz rahimahullah Ma’a As-Sariq.”]
Abdullah bin Muhammad Al-Mu’taz menceritakan: Asy-Syaikh Muhammad Hamid, Ketua Paguyuban Ashabul Yaman di negara Eretria berkisah:
“Saya datang ke Riyad di malam hari yang dingin dalam keadaan tidak punya uang untuk menyewa hotel. Saya kemudian berpikir untuk datang ke rumah Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz. Saat itu waktu menunjukkan pukul 03.00 pagi. Awalnya saya ragu, namun akhirnya saya putuskan untuk pergi ke rumah beliau. Saya tiba di rumah beliau yang sederhana dan bertemu dengan seseorang yang tidur di pintu pagar. Setelah terbangun, ia membukakan pintu untukku. Saya memberi salam padanya dengan pelan sekali supaya tidak ada orang lain yang mendengarnya karena hari begitu larut.
Beberapa saat kemudian aku melihat Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz berjalan menuruni tangga sambil membawa semangkuk makanan. Beliau mengucapkan salam dan memberikan makanan itu kepada saya. Beliau berkata, “Saya mendengar suara anda kemudian saya ambil makanan ini karena saya berpikiran anda belum makan malam ini. Demi Allah, saya tidak bisa tidur malam itu, menangis karena telah mendapat perlakuan yang demikian baik.” [Untaian Mutiara Kehidupan Ulama Ahlus Sunnah, Abu Abdillah Alercon, dkk, hal. 27-28]
Subhanallah, inilah akhlak para ulama yang sangat dibenci oleh para pelaku syirik dan bid’ah. Inilah pemerintah yang dituduh ganas dan sadis oleh mereka yang membenci dakwah tauhid dan sunnah. Dan masih banyak lagi kebaikan pemerintah Saudi dan ulamanya untuk kaum muslimin dunia yang tidak mungkin kami ceritakan semuanya di sini.
فَإِنَّهَا لا تَعْمَى الأَبْصَارُ وَلَكِن تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ
“Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.” [Al-Hajj: 46]