Nasehat Imam Hasan Al-Bashri

♠ Posted by admin in ,,,
IMAM Hasan al-Bashri pernah menulis surat kepada Umar bin Abdul Aziz rohimahulloh,
"Amma ba’du. Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya dunia adalah rumah persinggahan dan perpindahan bukan rumah tinggal selamanya.
Adam diturunkan ke dunia dari surga sebagai hukuman atasnya, maka berhati-hatilah. Sesungguhnya orang yang berhasrat kepada dunia akan meninggalkannya, orang yang kaya di dunia adalah orang yang miskin (dibanding akhirat), penduduk dunia yang berbahagia adalah orang yang tidak berlebih-lebihan di dalamnya. Jika orang yang berakal lagi cerdik mencermatinya, maka dia melihatnya menghinakan orang yang memuliakannya, mencerai-beraikan orang yang mengumpulkannya.
Dunia layaknya racun, siapa yang tidak mengetahuinya akan memakannya, siapa yang tidak mengetahuinya akan berambisi kepadanya, padahal, demi Allah itulah letak kebinasaannya.
Wahai Amirul Mukminin, jadilah seperti orang yang tengah mengobati lukanya, dia menahan pedih sesaat karena dia tidak ingin memikul penderitaan panjang. Bersabar di atas penderitaan dunia lebih ringan daripada memikul ujiannya.
Orang yang cerdas adalah orang yang berhati-hati terhadap godaan dunia.
Dunia seperti pengantin, mata-mata melihat kepadanya, hati terjerat dengannya, pada dia, demi Dzat yang mengutus Muhammad dengan kebenaran, adalah pembunuh bagi siapa yang menikahinya.
Wahai Amirul Mukminin, berhati hatilah terhadap perangkap kebinasaannya, waspadailah keburukannya. Kemakmurannya bersambung dengan kesengsaraan dan penderitaan, kelanggengan membawa kepada kebinasaan dan kefanaan. Ketahuilah wahai Amirul Mukminin, bahwa angan-angannya palsu, harapannya batil, kejernihannya keruh, kehidupannya penderitaan, orang yang meninggalkannya adalah orang yang dibimbing taufik, dan orang yang berpegang padanya adalah celaka lagi tenggelam.
Orang yang cerdik lagi pandai adalah orang yang takut kepada apa yang dijadikan Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menimbulkan rasa takut, mewaspadai apa yang Allah telah peringatkan, berlari meninggalkan rumah fana kepada rumah yang abadi, keyakinan ini akan sangat terasa ketika kematian menjelang.
Dunia wahai Amirul Mukminin, adalah rumah hukuman, siapa yag tidak berakal mengumpulkan untuknya, siapa yang tidak berilmu tentangnya akan terkecoh, sementara orang yang tegas lagi berakal adalah orang yang hidup di dunia seperti orang yang mengobati sakitnya, dia menahan diri dari pahitnya obat karena dia berharap kesembuhan, dia takut kepada buruknya akibat di akhirat.
Dunia wahai Amirul Mukminin, demi Allah hanya mimpi, sedangkan akhirat adalah nyata, di antara keduanya adalah kematian. Para hamba berada dalam mimpi yang melenakan, sesungguhnya aku berkata kepadamu wahai Amirul Mukminin apa yang dikatakan oleh seorang laki-laki bijak, ‘Jika kamu selamat, maka kamu selamat dari huru-hara besar itu. Jika tidak, maka aku tidak mengira dirimu akan selamat."
Ketika surat al-Hasan al-Bashri ini sampai ke tangan Umar bin Abdul Aziz, beliau menangis sesenggukan sehingga orang-orang yang ada di sekitarnya merasa kasihan kepadanya.
Umar mengatakan, “Semoga Allah merahmati al-Hasan al-Bashri, beliau terus membangunkan kami dari tidur dan mengingatkan kami dari kelalaian. Sungguh sangat mengagumkan, beliau adalah laki-laki yang penuh kasih terhadap kami (pemimpin), beliau begitu tulus kepada kami.
Beliau adalah seorang pemberi nasihat yang sangat jujur dan sangat fasih bahasanya.”
Umar bin Abdul Aziz membalas surat al-Hasan dengan mengatakan,
“Nasihat-nasihat Anda yang berharga telah sampai kepadaku, aku pun mengobati diriku dengan nasihat tersebut. Anda menjelaskan dunia dengan sifat-sifatnya yang hakiki, orang yang pintar adalah orang yang selalu berhati-hati terhadap dunia, seolah-olah penduduknya yang telah ditetapkan kematian sudah mati. Wassalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh.”
Ketika balasan Umar sampai di tangan al-Hasan, beliau berkata,
“Amirul Mukminin benar-benar mengagumkan, seorang laki-laki yang berkata benar dan menerima nasihat. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengagungkan nikmat dengan kepemimpinannya, merahmati umat dengan kekuasaannya, menjadikannya rahmat dan berkah.”
Al-Hasan al-Bashri menulis sedikit lagi pesan kepada Umar bin Abdul Aziz dengan mengatakan,
“Amma ba’du, sesungguhnya ketakutan besar dan perkara yang dicari ada di depanmu, dan engkau pasti akan menyaksikannya, selamat atau celaka.”
(Az-Zuhd, al-Hasan al-Bashri, Hal.169).
Sumber : https://www.facebook.com/nobaden/posts/10202560008669972

Nasehat Imam Asy-Syafi’iy

♠ Posted by admin in ,,
 Al-Ustadz Abdul Mu'thi hafizhohulloh pernah menulis (6/7/2014),
"Tidaklah seorang yang tidur mengetahui bahwa dirinya bermimpi, kecuali setelah ia bangun. Demikian pula orang yang lalai, tidaklah ia mengetahui apa yang ia lalaikan, kecuali setelah dijemput kematian. Padahal sesaat sebelum kematiannya kemarin, ia pun sama seperti kita, menyangka bahwa besok masih akan hidup.
Wahai Rabb kami, jangan jadikan kami termasuk orang-orang yang lalai..."
Berikut adalah nasehat Imam Asy-Syafi'iy kepada Imam Al-Muzany.
Imam Al-Muzany rohimahulloh bercerita :
“Aku menemui Imam Asy-Syafi’iy menjelang beliau wafat, lalu kubertanya,
“Bagaimana keadaanmu pada pagi ini, wahai Ustadzku?”
Beliau menjawab, “Pagi ini aku akan melakukan perjalanan meninggalkan dunia, akan berpisah dengan kawan kawanku, akan meneguk gelas kematian, akan menghadap kepada Allah dan akan menjumpai kejelekan amalanku. Aku tidak tahu: apakah diriku berjalan ke surga sehingga aku memberinya ucapan kegembiraan, atau berjalan ke neraka sehingga aku menghibur kesedihannya.”
Aku berkata, “Nasihatilah aku.”
Asy-Sya fi’iy berpesan kepadaku, “Bertakwalah kepada Allah, permisalkanlah akhirat dalam hatimu, jadikanlah kematian antara kedua matamu, dan janganlah lupa bahwa engkau akan berdiri di hadapan Allah. Takutlah terhadap Allah ‘Azza wa Jalla, jauhilah segalah hal yang Dia haramkan, laksanakanlah segala perkara yang Dia wajibkan, dan hendaknya engkau bersama Allah di manapun engkau berada. Janganlah sekali-kali engkau menganggap kecil nikmat Allah kepadamu -walaupun nikmat itu sedikit- dan balaslah dengan bersyukur. Jadikanlah diammu sebagai tafakkur, pembicaraanmu sebagai dzikir, dan pandanganmu sebagai pelajaran. Maafkanlahorang yang menzhalimimu, sambunglah (silaturrahmi dari) orang yang memutus silaturahmi terhadapmu, berbuat baiklah kepada siapapun yang berbuat jelek kepadamu, bersabarlah. terhadap segala musibah, dan berlindunglah kepada Allah dari api neraka dengan ketakwaan.”
Aku berkata, “Tambahlah (nasihatmu) kepadaku.”
Beliau melanjutkan, “Hendaknya kejujuran adalah lisanmu, menepati janji adalah tiang tonggakmu, rahmat adalah buahmu, kesyukuran sebagai thaharahmu, kebenaran sebagai perniagaanmu, kasih sayang adalah perhiasanmu, kecerdikan adalah daya tangkapmu, ketaatan sebagai mata percaharianmu, ridha sebagai amanahmu, pemahaman adalah penglihatanmu, rasa harapan adalah kesabaranmu, rasa takut sebagai pakaianmu, shadaqah sebagai pelindungmu, dan zakat sebagai bentengmu. Jadikanlah rasa malu sebagai pemimpinmu, sifat tenang sebagai menterimu, tawakkal sebagai baju tamengmu, dunia sebagai penjaramu, dan kefakiran sebagai pembaringanmu. Jadikanlah kebenaran sebagai pemandumu, haji dan jihad sebagai tujuanmu, Al-Qur`a n sebagai juru bicaramu dengan kejelasan, serta jadikanlah Allah sebagai Penyejukmu. Barangsiapa yang bersifat seperti ini, surga adalah tempat tinggalnya.
Kemudian, Asy-Syafi’iy mengangkat pandangannya ke arah langit seraya menghadirkan susunan ta’bir. Lalu beliau bersya’ir,
'Kepada-Mu -wahai Ilah segenap makhluk, wahai Pemilik anugerah dan kebaikan-kuangkat harapanku, walaupun aku ini seorang yang bergelimang dosa
Tatkala hati telah membatu dan sempit segala jalanku kujadikan harapan pengampunan-Mu sebagai tangga bagiku
Kurasa dosaku teramatlah besar, tetapi tatkala dosa-dosa itu kubandingkan dengan maaf-Mu -wahai Rabb -ku-, ternyata maaf-Mu lebihlah besar
Terus menerus Engkau Maha Pemaaf dosa, dan terus menerus Engkau memberi derma dan maaf sebagai nikmat dan pemuliaan
Andaikata bukan karena-Mu, tidak seorang pun ahli ibadah yang tersesat oleh Iblis bagaimana tidak, sedang dia pernah menyesatkan kesayangan-Mu: Adam
Kalaulah Engkau memaafkan aku, Engkau telah memaafkan seorang yang congkak, zhalim lagi sewenang- wenang yang masih terus berbuat dosa Andaikata Engkau menyiksaku, tidaklah aku berputus asa, walaupun diriku telah engkau masukkan ke dalam Jahannam lantaran dosaku
Dosaku sangatlah besar, dahulu dan sekarang, namun maaf-Mu -wahai Maha Pemaaf- lebih tinggi dan lebih besar'
[Tarikh Ibnu Asa kir Juz 51 hal. 430-431 | Saduran FP al-Ustadz Dzulqarnain]
Sumber : https://www.facebook.com/nobaden/posts/10202521915717672

KETIKA MALAM PENGANTIN MENJADI MALAM PERTAMA DI ALAM KUBUR

♠ Posted by admin in ,,
“Setelah melaksanakan shalat Maghrib dia berhias, menggunakan gaun pengantin putih yang indah, mempersiapkan diri untuk pesta pernikahannya. Lalu dia mendengar azan Isya, dan dia sadar kalau wudhunya telah batal.
Dia berkata pada ibunya : “Bu, saya mau berwudhu dan shalat Isya.”
Ibunya terkejut : “Apa kamu sudah gila? Tamu telah menunggumu untuk melihatmu, bagaimana dengan make-up mu? Semuanya akan terbasuh oleh air.” Lalu ibunya menambahkan : “Aku ibumu, dan ibu katakan jangan shalat sekarang! Demi Allah, jika kamu berwudhu sekarang, ibu akan marah kepadamu”
Anaknya menjawab : “Demi Allah, saya tidak akan pergi dari ruangan ini, hingga saya shalat. Ibu, ibu harus tahu “bahwa tidak ada kepatuhan kepada makhluk dalam kemaksiatan kepada Pencipta”!!

Ibunya berkata : “ Apa yang akan dikatakan tamu-tamu kita tentang mu, ketika kamu tampil dalam pesta pernikahanmu tanpa make-up?? Kamu tidak akan terlihat cantik dimata mereka! dan mereka akan mengolok-olok dirimu!
Anak nya berkata dengan tersenyum : “Apakah ibu takut karena saya tidak akan terrlihat cantik di mata makhluk? Bagaimana dengan Penciptaku? Yang saya takuti adalah jika dengan sebab kehilangan shalat, saya tidak akan tampak cantik dimata-Nya”.
Lalu dia berwudhu, dan seluruh make-up nya terbasuh. Tapi dia tidak merasa bermasalah dengan itu.
Lalu dia memulai shalatnya. Dan pada saat itu dia bersujud, dia tidak menyadari itu, bahwa itu akan menjadi sujud terakhirnya.
Pengantin wanita itu wafat dengan cara yang indah, bersujud di hadapan Pencipta-Nya.
Ya, ia wafat dalam keadaan bersujud. Betapa akhir yang luar biasa bagi seorang muslimah yang teguh untuk mematuhi Tuhannya! Banyak orang tersentuh mendengarkan kisah ini. Ia telah menjadikan Allah dan ketaatan kepada-Nya sebagai prioritas pertama. Subhanallah…
Kisah nyata yang diceritakan oleh Syaikh Abdul Muhsin Al Ahmad ini terjadi di Abha, ibu kota Provinsi Asir Arab Saudi.
( Copas dari berbagai sumber , key = pengantin wanita itu wafat dengan cara yang indah)

Apa hubungan ISIS dan Syi'ah

♠ Posted by admin in ,,
Buka Mata ...
Dunia lagi dihebohkan dengan berita-berita tentang kekejaman ISIS, sebuah gerakan berhaluan Teroris Khawarij yang telah memproklamasikan diri sebagai negara di Iraq dan Syam. ISIS mengkafirkan kaum muslimin dan membantai dengan cara yang sangat kejam dan sadis.
Apa hubungannya antara ISIS dengan Syi’ah? Adakah hubunganya dengan Salafi?
Kenyataan berbicara, ISIS dan Iran adalah pendukung rezim Syi’ah Suriah yang membantai Salafi. Tidak heran, ulama besar Salafi, ahli hadits kota suci Madinah, Asy-Syaikh Al-‘Allamah Abdul Muhsin bin Hamd Al-‘Abbad Al-Badr hafizhahullah memperingatkan dengan keras bahaya kelompok ISIS ini. Beliau berkata,
“Selang beberapa waktu terjadi peperangan di Suriah antara pemerintah dan para penentangnya, masuklah sekelompok orang dari ISIS ini ke Suriah, bukan untuk memerangi pemerintah, akan tetapi memerangi Ahlus Sunnah (Salafi) yang menentang pemerintah[1] dan membunuh Ahlus Sunnah (Salafi) dengan cara yang sangat kejam, dan telah masyhur cara membunuh mereka terhadap orang yang ingin mereka bunuh, dengan menggunakan pisau-pisau yang merupakan cara terjelek dan tersadis dalam membunuh manusia.” [Risalah Fitnatul Khilafah Ad-Da’isyiah Al-‘Iraqiyah Al-Maz’umah]
Beliau juga meminta para pengikut ISIS untuk bertaubat kepada Allah ta’ala dan mencela mereka dengan celaan yang pedas serta memperingatkan para pemuda Islam agar tidak ikut-ikutan dengan mereka. Beliau berkata,
“Termasuk kebaikan (yang kami nasihatkan) untuk kelompok (ISIS) ini, hendaklah mereka sadar diri dan kembali kepada kebenaran, sebelum daulah mereka hilang terbawa angin seperti daulah-daulah lain yang semisalnya di berbagai masa.
Dan sangat disayangkan, fitnah (bencana) khilafah khayalan yang lahir beberapa waktu yang lalu ini, diterima oleh anak-anak muda yang bodoh di negeri Al-Haramain, mereka menampakkan kebahagiaan dan kegembiraan terhadap khilafah khayalan ini layaknya kebahagiaan orang yang haus terhadap minuman, dan diantara mereka ada yang berkhayal telah membai’at khalifah majhul ini! Bagaimana mungkin diharapkan kebaikan dari orang-orang yang tersesat dengan ajaran takfir (pengkafiran terhadap kaum muslimin) dan pembunuhan dengan cara yang paling kejam dan sadis…?!
Wajib atas para pemuda tersebut untuk melepaskan diri dari ikut-ikutan di belakang para provokator (ISIS), dan hendaklah dalam setiap tindakan mereka kembali kepada dalil yang datang dari Allah ‘azza wa jalla dan dari Rasul-Nya shallallahu’alaihi wa sallam, karena padanya ada keterjagaan, keselamatan dan kesuksesan di dunia dan akhirat. Dan hendaklah mereka kembali merujuk kepada para ulama yang menasihati mereka dan menasihati kaum muslimin.” [Risalah Fitnatul Khilafah Ad-Da’isyiah Al-‘Iraqiyah Al-Maz’umah]
Walhamdulillaah, risalah beliau secara lengkap telah kami terjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia (baca:http://sofyanruray.info/seruan-ulama-besar-arab-saudi-terkait-isis/), dengan harapan kaum muslimin secara umum, baik pemerintah maupun masyarakat, dan kaum Salafi, Ahlus Sunnah wal Jama’ah di Indonesia mendapatkan bimbingan ulama dalam menghadapi fitnah (bencana) ISIS ini.
Dari keterangan ulama di atas jelaslah, benang merahnya antara ISIS dan dua rezim Syi’ah terbesar saat ini, yaitu Suriah dan Iran, mereka memiliki hubungan yang sangat dekat, bekerja sama dalam melakukan kejahatan terhadap umat manusia, dan fakta-fakta di lapangan membuktikan hal itu.
Tetapi sungguh sangat aneh, salah seorang tokoh Syi’ah di negeri ini berusaha memutarbalikkan fakta, mereka menuduh bahwa ISIS memiliki hubungan dengan Salafi, dan bahwa ajaran mereka sama, yaitu tauhid. Tapi demikianlah Syi’ah, kalau tidak berdusta bukan Syi’ah namanya. Bahkan taqiyyah, berbohong adalah ajaran prinsip dalam Syi’ah.
Laa haula wa laa quwwata illaa billaah, padahal anak SD pun tahu, tauhid adalah landasan keyakinan setiap muslim, karena tauhid maknanya mengesakan Allah dalam ibadah, tidak mempersekutukan-Nya.
Oleh karena itu kalimat Laa ilaaha illallah, kalimat dzikir teragung, semboyan setiap muslim, dinamakan: Kalimat Tauhid, karena makna kalimat tersebut adalah memurnikan ibadah hanya kepada Allah yang satu saja dan mengingkari penyembahan kepada selain-Nya (baca: http://sofyanruray.info/penting-syahadat-laa-ilaaha-illallah-makna-rukun-syarat-dan-kesalahan-kesalahan-dalam-penafsirannya/).
Bagaimana bisa seorang yang mengaku muslim mencela tauhid…?!
Padahal tauhid adalah sebab meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Sebaliknya, lawan dari tauhid, yaitu syirik, adalah sebab kebinasaan dunia dan akhirat (baca: http://sofyanruray.info/peringatan-dari-bahaya-syirik-1/).
Namun tidak terlalu aneh sebetulnya apabila tokoh Syi’ah mencela ajaran tauhid, karena Syi’ah memang berbeda dengan Islam, Syi’ah mengajarkan syirik, Islam mengajarkan tauhid.
Sebagai contoh, dalam kitab Syi’ah diajarkan bahwa imam mereka mengetahui perkara ghaib sebagaimana Allah subhanahu wa ta’ala, disebutkan dalam kitab Syi’ah yang masyhur berjudul Bihaarul Anwaar (26/27) karya Al-Majlisi, tokoh besar Syi’ah,
عن أبي عبد الله قال: والله لقد أعطينا علم الأولين والآخرين. فقيل له: أعندك علم الغيب؟ فقال له: ويحك! إني لأعلم ما في أصلاب الرجال وأرحام النساء
“Dari Abu Abdillah (diklaim sebagai imam Syi’ah), ia berkata: Demi Allah kami telah diberikan ilmu orang-orang terdahulu dan orang-orang yang terakhir. Maka dikatakan kepadanya: Apakah engkau memiliki ilmu ghaib? Maka ia berkata: Celaka engkau, tentu saja aku mengetahui apa yang ada di sulbi kaum lelaki dan di rahim para wanita.”
Padahal Allah ta’ala berfirman,
قُلْ لا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ الْغَيْبَ إِلا اللَّهُ
“Katakanlah: “Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah”.” [An-Naml: 65]
Al-Imam Ibnu Katsir Asy-Syafi’i rahimahullah menjelaskan dalam Tafsir-nya:
يقول تعالى آمرًا رسوله صلى الله عليه وسلم أن يقول معلمًا لجميع الخلق: أنه لا يعلم أحد من أهل السموات والأرض الغيب. وقوله: { إِلا اللَّهَ } استثناء منقطع، أي: لا يعلم أحد ذلك إلا الله، عز وجل، فإنه المنفرد بذلك وحده، لا شريك له، كما قال: { وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لا يَعْلَمُهَا إِلا هُوَ } الآية [الأنعام: 59]، وقال: { إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنزلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الأرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ } [لقمان: 34]، والآيات في هذا كثيرة
“Allah ta’ala berfirman seraya memerintahkan Rasul-Nya shallallahu’alaihi wa sallam untuk mengajarkan kepada seluruh makhluk, bahwasannya tidak ada satupun penduduk langit dan bumi yang mengetahui perkara ghaib. Dan firman Allah ta’ala, “(Tidak ada penduduk langit dan bumi yang mengetahui perkara ghaib) keuali Allah” adalah sebuah pengecualian yang terputus, yaitu bermakna: Tidak ada satupun yang mengetahui perkara ghaib kecuali Allah ‘azza wa jalla, sesungguhnya Dia esa dalam perkara ilmu tentang yang ghaib, tidak ada sekutu bagi-Nya, sebagaimana firman-Nya:
وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لا يَعْلَمُهَا إِلا هُوَ
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri” [Al-An’am: 59]
Dan juga firman-Nya,
إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنزلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الأرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” [Luqman: 34]
Dan ayat-ayat tentang ini masih banyak.” [Tafsir Ibnu Katsir, 6/207]
Ini hanyalah salah satu contoh dari sekian banyak contoh bahwa orang-orang Syi’ah memang tidak bertauhid, mereka menyekutukan Allah ta’ala. Inilah kesesatan Syi’ah terbesar yang harus diwaspadai.
Dan juga diantara bahaya Syi’ah yang harus diwaspadai oleh pemerintah dan umat Islam adalah kesamaan antara Syi’ah dan ISIS dalam beberapa perkara, diantaranya:
1) Pengkafiran Kaum Muslimin, termasuk Pemerintah dan Rakyatnya
Sudah dimaklumi bahwa ISIS dan kaum Khawarij secara umum menganggap kafir orang-orang di luar kelompok mereka, yang tidak berbaiat kepada mereka atau yang mereka anggap tidak berhukum dengan hukum Allah (tentang pengkafiran versi Khawarij ini insya Allah akan kami bahas dalam artikel tersendiri). Bagaimana dengan Syi’ah?
Jawabnya sama, Syi’ah juga mengkafirkan kaum muslimin selain mereka, bahkan tidak tanggung-tanggung, mereka mengkafirkan para sahabat Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam, generasi terbaik umat Islam, apalagi generasi setelahnya?!
Perhatikanlah penukilan tentang pengkafiran Syi’ah dari kitab-kitab mereka berikut ini. Para penulis Syi’ah seperti Ath-Thusi dalam Rijal Al-Kasyi (1/26), Al-Majlisi dalam Bihaarul Anwaar (22/333) dan Al-Kulaini dalam Al-Kafi (2/244, 441) menukil (secara dusta) dari Abu Ja’far Al-Baqir (beliau dianggap oleh Syi’ah sebagai imam yang kelima) bahwa ia berkata,
ارتد الناس إلا ثلاثة نفر: سلمان وأبو ذر والمقداد
Manusia (para sahabat) telah murtad kecuali tiga orang (sahabat): Salman, Abu Dzar dan Al-Miqdad.”
Orang-orang Syi’ah mengkafirkan seluruh kaum muslimin yang tidak beriman dengan imam-imam (dua belas) mereka. Penulis Syi’ah, Yusuf Al-Bahrani berkata dalam bukunya Al-Hadaaiq An-Nazhirah fi Ahkaamil ‘Itrah Ath-Thahiroh hal. 136,
وليت شعري أي فرق بين من كفر بالله سبحانه وتعالى ورسوله، وبين من كفر بالأئمة عليهم السلام؟
“Aduhai, apa bedanya antara orang yang kafir kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya dengan orang yang mengingkari para imam ‘alaihimussalaam?”
Dan sebelumnya telah dinukil oleh Al-Majlisi dalam Bihaarul Anwaar (23/390),
اتفقت الإمامية على أن من أنكر إمامة أحد من الأئمة وجحد ما أوجبه الله تعالى له من فروض الطاعة فهو كافر ضال مستحق للخلود في النار
“Syi’ah Imamiyah (yang mengimani 12 imam) telah sepakat bahwa siapa yang mengingkari keimaman salah seorang imam Syi’ah dan menentang apa yang telah Allah wajibkan (menurut Syi’ah) untuk mentaati para imam maka ia kafir, sesat, pasti kekal di neraka.”
2) ISIS Mengkafirkan dan Men-Thogut-kan Pemerintah, Syi’ah Juga Demikian
Tokoh Syi’ah, Al-Kulaini dalam Al-Kafi (1/67) meriwayatkan dengan “sanad”nya dari Umar bin Hanzhalah, ia berkata:
سألت أبا عبد الله عن رجلين من أصحابنا بينهما منازعة في دين أو ميراث تحاكما إلي السلطان وإلي القضاء أيحل ذلك؟ قال: من تحاكم إليهم بحق أو باطل فإنما تحاكما إلي الطاغوت ومايحكم له فإنما يأخذ سحتا وإن كان حقا ثابتا له لأنه أخذه بحكم الطاغوت
“Aku bertanya kepada Abu Abdillah tentang dua orang sahabat kami yang berselisih dalam masalah hutang dan warisan, mereka berdua berhukum kepada pemerintah dan peradilan, apakah itu halal? Ia berkata: Barang siapa berhukum kepada mereka dengan kebenaran ataupun kebatilan maka ia telah berhukum kepada thagut. Dan apa saja yang dihukumi oleh penguasa baginya maka hakikatnya adalah kecurangan meskipun itu adalah memang haknya, karena ia telah mengambil hukum thagut.”
3) Pemimpin Revolusi Syi’ah  Iran, Khomeini Membenarkan Ajaran Pengkafiran dan Pen-Thogut-an terhadap Penguasa
Khomeini berkata dalam bukunya Al-Hukumah Al-Islamiyah (Pemerintahan Islam) hal. 74,
 الإمام نفسه ينهى عن الرجوع إلي السلاطين وقضاتهم ويعتبر الرجوع إليهم رجوعا إلي الطاغوت
“Imam kita tersebut melarang untuk berhukum kepada para penguasa dan peradilan mereka, dan menganggap berhukum kepada mereka sama dengan berhukum kepada thagut.”
4) Pemberontakan dan Pembunuhan
Akal-akalan pengkafiran inilah yang menipu para pengikut mereka untuk mau mengangkat senjata menjatuhkan pemerintah yang sah dan membantai kaum muslimin yang telah dianggap kafir dan tidak mau mendukung mereka, inilah yang dulu terjadi di Iran (Revolusi Khomeini) dan saat ini di Iraq dan Syam (Revolusi ISIS). Haruskah kita menunggu terjadi di Indonesia…?!
Itu sudah merupakan konsekuensi, setelah pengkafiran, maka yang dianggap kafir harus dibunuh, inilah ideologi mereka. Perhatikan nukilan dari kitab Syi’ah yang berjudul ‘Ilalusy Syaroi’ Ash-Shoduq hal. 326, bahwa dikatakan kepada Abu Abdillah,
ما تقول في قتل الناصب، قال: حلال الدم لكني أتقي عليك فإن قدرت أن تقلب عليه حائطا أو تغرقه في ماء لكيلا يشهد به عليك فافعل
“Apa pendapatmu tentang membunuh pembenci ahlul bait (menurut Syi’ah, pen)? Ia berkata: Halal darahnya (boleh dibunuh), akan tetapi aku mengkhawatirkanmu, maka jika engkau mampu untuk meruntuhkan tembok padanya atau menenggelamkannya di air agar ia tidak melihatmu, lakukanlah.”
5) ISIS Telah Melakukan Pemberontakan dan Pembunuhan di Masa Ini, Syi’ah Pun Demikian
Berapa banyak darah kaum muslimin di Suriah telah ditumpahkan oleh koalisi ISIS dan Syi’ah (Rezim Iran, Rezim Suriah dan Hizbullah Lebanon). Berapa banyak nyawa Ahlus Sunnah telah melayang di Iran sejak revolusi Syi’ah Khomeini. Dan memang penumpasan sudah menjadi ciri khas Syi’ah dari masa ke masa, bahkan merreka berencana untuk menghancurkan kakbah sejak dulu.
Cucu Khomeini yang bernama Ahmad Al-Khomeini, pernah membongkar kejahatan kakeknya sendiri secara tidak sengaja dalam wawancara dengan koran Az-Zaman yang terbit di Iraq, no. 1623, tahun 2003. Ahmad Al-Khomeini menuturkan,
كان هناك قرار إيراني سري بتهيئة الأجواء لإيقاف الحرب، ولهذا الغرض تم التخطيط لعدد من الإجراءات لصرف الأنظار وتوجيهها بعيدا عن العراق والحرب، فعمدوا إلي إرسال مواد متفجرة إلى السعودية، وإلى مكة المكرمة تحديدا (نحو خمسمائة كيلو غرام من هذه المواد) بإخفائها في حقائب الحجاج من دون علمهم  في كل حقيبة نصف كيلوغرام (TNT) وذلك لتفجير دار الحجاج الإيرانيين في مكة المكرمة
“Iran telah merencanakan misi rahasia untuk menyiapkan situasi yang tepat dalam menghentikan peperangan (dengan Iraq), dan untuk rencana ini, telah dimatangkan beberapa operasi untuk mengalihkan perhatian dan mengarahkannya jauh dari Iraq dan perang, maka mereka sengaja mengirim bahan-bahan peledak ke Saudi Arabia, khususnya ke Makkah Al-Mukarromah, diantaranya terdapat sekitar 500 kg bahan peledak, dengan menyembunyikannya pada koper-koper jama’ah haji tanpa mereka ketahui, pada setiap koper terdapat ½ kg TNT untuk meledakkan perkemahan jamaah haji Iran di Makkah Al-Mukarramah.”[2]
Innaa illaahi wa innaa ilaihi rooji’un, inilah ajaran Syi’ah yang sesungguhnya. Oleh karena itu ulama Salaf dahulu menganggap semua ahlul bid’ah adalah pemberontak.
Imam Abu Qilabah rahimahullah berkata,
ما ابتدع قوم بدعة إلا استحلوا فيها السيف
“Tidaklah satu kaum berbuat bid’ah (mengada-ada dalam agama) kecuali mereka akan menghalalkan pedang dalam kebid’ahan itu.” [Asy-Syari’ah lil Aajurri: 203]
Imam Ayyub As-Sikhtiyani rahimahullah menganggap ahlul bid’ah seluruhnya adalah Khawarij (pemberontak) dan beliau berkata,
إن الخوارج اختلفوا في الاسم، واجتمعوا على السيف
“Sesungguhnya kaum Khawarij (pemberontak) itu berbeda-beda namanya, namun bersatu di atas pedang.” [Syarhus Sunnah lil Baghawi, 10/233]
Inilah diantara kesamaan ISIS dan Syi’ah, inilah cita-cita mereka, menguasai suatu negeri, meski dengan cara kekerasan.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

Isis siapakah mereka ?

♠ Posted by admin in ,
Merujuk kepada Ulama Ahlussunah adalah jalan keselamatan

Para Ulama telah mengenal gerakan ISIS , bagi anda dan saya yang belum mengetahui ISIS dan gerakannya sebaiknya diam supaya kita mendapat keselamatan dunia akhirat dan benahilah diri2 kita masing2 agar bisa memberikan kebaikan bagi siapa saja . Menyampaikan pesan para Ulama lebih kita dahulukan daripada perkataan dan pemikiran kita sebab Ulama adalah pewaris para Nabi .
Berikut Kutipan Terkait Isis :

Ulama Besar Arab Saudi, Ahli Hadits Kota Suci Madinah, Asy-Syaikh Al-‘Allamah Al-Muhaddits Abdul Muhsin bin Hamd Al-‘Abbad Al-Badr  hafizhahullah berkata dalam risalah “Fitnatul Khilafah Ad-Da’isyiah Al-‘Iraqiyah Al-Maz’umah” di website resmi beliau,
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله وحده وصلى الله وسلم على من لا نبي بعده نبينا محمد وعلى آله وصحبه. أما بعد؛
Sungguh telah lahir di Iraq beberapa tahun yang lalu, sebuah kelompok yang menamakan diri Daulah (Negara) Islam Iraq dan Syam, dan dikenal dengan empat huruf awal nama daulah khayalan tersebut yaitu [داعش] (ISIS), dan muncul bersamaan dengan itu, sebagaimana yang disebutkan oleh sebagian orang yang mengamati tingkah pola dan pergerakan mereka, sejumlah nama sebagai julukan bagi anggota mereka dengan sebutan: Abu Fulan Al-Fulani atau Abu Fulan bin Fulan, kuniah (julukan) yang disertai penisbatan kepada negeri atau kabilah, inilah kebiasaan orang-orang majhul (yang tidak dikenal), bersembunyi di balik julukan dan penisbatan.
Selang beberapa waktu terjadi peperangan di Suriah antara pemerintah[1] dan para penentangnya, masuklah sekelompok orang dari ISIS ini ke Suriah, bukan untuk memerangi pemerintah, akan tetapi memerangi Ahlus Sunnah yang menentang pemerintah dan membunuh Ahlus Sunnah dengan cara yang sangat kejam, dan telah masyhur cara membunuh mereka terhadap orang yang ingin mereka bunuh, dengan menggunakan pisau-pisau yang merupakan cara terjelek dan tersadis dalam membunuh manusia.
Dan di awal bulan Ramadhan tahun ini (1435 H) mereka merubah nama kelompok mereka menjadi “Al-Khilafah Al-Islamiyah”. Khalifahnya yang dinamakan Abu Bakr Al-Baghdadi berkhutbah di sebuah masjid di Mosul, diantara yang ia katakan dalam khutbahnya, “Sungguh aku telah dijadikan pemimpin kalian padahal aku bukan yang terbaik di antara kalian”. Sungguh dia telah berkata benar bahwa ia bukanlah yang terbaik di antara mereka, karena ia telah membunuh orang yang mereka bunuh dengan pisau-pisau, apabila pembunuhan itu atas dasar perintahnya, atau ia mengetahuinya dan membolehkannya maka ia adalah yang terburuk di antara mereka (memang bukan yang terbaik), berdasarkan sabda Nabi shallallahu’alaihi wa sallam,
مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَيَنْقُصُ ذَلِكَ
 مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa mengajak kepada petunjuk maka ia mendapat pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun, dan barangsiapa mengajak kepada kesesatan, maka ia mendapat dosa seperti dosa orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.” [HR. Muslim no. 6804 dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu]
Dan kalimat yang ia katakan dalam khutbahnya tersebut, telah dikatakan oleh khalifah pertama dalam Islam setelah Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam,yaitu Abu Bakr Ash-Shiddiq radhiyallahu’anhu wa ardhaahu, dan beliau adalah orang terbaik umat ini, sedang umat ini adalah umat yang terbaik di antara umat-umat yang ada, beliau mengatakan demikian dalam rangka tawadhu’ (bersikap rendah hati) sedang beliau mengetahui, para sahabat juga mengetahui bahwa beliau adalah orang yang terbaik di antara mereka berdasarkan dalil-dalil yang menunjukkannya dari ucapan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam.
Termasuk kebaikan (yang kami nasihatkan) untuk kelompok ini, hendaklah mereka sadar diri dan kembali kepada kebenaran, sebelum daulah mereka hilang terbawa angin seperti daulah-daulah lain yang semisalnya di berbagai masa.
Dan sangat disayangkan, fitnah (bencana) khilafah khayalan yang lahir beberapa waktu yang lalu ini, diterima oleh anak-anak muda yang bodoh di negeri Al-Haramain, mereka menampakkan kebahagiaan dan kegembiraan terhadap khilafah khayalan ini layaknya kebahagiaan orang yang haus terhadap minuman, dan diantara mereka ada yang berkhayal telah membai’at khalifah majhul ini! Bagaimana mungkin diharapkan kebaikan dari orang-orang yang tersesat dengan ajaran takfir (pengkafiran terhadap kaum muslimin) dan pembunuhan dengan cara yang paling kejam dan sadis…?!
Wajib atas para pemuda tersebut untuk melepaskan diri dari ikut-ikutan di belakang para provokator, dan hendaklah dalam setiap tindakan mereka kembali kepada dalil yang datang dari Allah ‘azza wa jalla dan dari Rasul-Nya shallallahu’alaihi wa sallam, karena padanya ada keterjagaan, keselamatan dan kesuksesan di dunia dan akhirat. Dan hendaklah mereka kembali merujuk kepada para ulama yang menasihati mereka dan menasihati kaum muslimin.
Diantara contoh keselamatan dari pemikiran sesat karena merujuk kepada ulama, adalah sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dalam Shahih beliau (no. 191) dari Yazid Al-Faqir, ia berkata,
كُنْتُ قَدْ شَغَفَنِى رَأْىٌ مِنْ رَأْىِ الْخَوَارِجِ فَخَرَجْنَا فِى عِصَابَةٍ ذَوِى عَدَدٍ نُرِيدُ أَنْ نَحُجَّ ثُمَّ نَخْرُجَ عَلَى النَّاسِ – قَالَ – فَمَرَرْنَا عَلَى الْمَدِينَةِ فَإِذَا جَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ يُحَدِّثُ الْقَوْمَ – جَالِسٌ إِلَى سَارِيَةٍ – عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ فَإِذَا هُوَ قَدْ ذَكَرَ الْجَهَنَّمِيِّينَ – قَالَ – فَقُلْتُ لَهُ يَا صَاحِبَ رَسُولِ اللَّهِ مَا هَذَا الَّذِى تُحَدِّثُونَ وَاللَّهُ يَقُولُ (إِنَّكَ مَنْ تُدْخِلِ النَّارَ فَقَدْ أَخْزَيْتَهُ) وَ (كُلَّمَا أَرَادُوا أَنْ يَخْرُجُوا مِنْهَا أُعِيدُوا فِيهَا) فَمَا هَذَا الَّذِى تَقُولُونَ قَالَ فَقَالَ أَتَقْرَأُ الْقُرْآنَ قُلْتُ نَعَمْ. قَالَ فَهَلْ سَمِعْتَ بِمَقَامِ مُحَمَّدٍ – عَلَيْهِ السَّلاَمُ – يَعْنِى الَّذِى يَبْعَثُهُ اللَّهُ فِيهِ قُلْتُ نَعَمْ. قَالَ فَإِنَّهُ مَقَامُ مُحَمَّدٍ -صلى الله عليه وسلم- الْمَحْمُودُ الَّذِى يُخْرِجُ اللَّهُ بِهِ مَنْ يُخْرِجُ. – قَالَ – ثُمَّ نَعَتَ وَضْعَ الصِّرَاطِ وَمَرَّ النَّاسِ عَلَيْهِ – قَالَ – وَأَخَافُ أَنْ لاَ أَكُونَ أَحْفَظُ ذَاكَ – قَالَ – غَيْرَ أَنَّهُ قَدْ زَعَمَ أَنَّ قَوْمًا يَخْرُجُونَ مِنَ النَّارِ بَعْدَ أَنْ يَكُونُوا فِيهَا – قَالَ – يَعْنِى فَيَخْرُجُونَ كَأَنَّهُمْ عِيدَانُ السَّمَاسِمِ. قَالَ فَيَدْخُلُونَ نَهْرًا مِنْ أَنْهَارِ الْجَنَّةِ فَيَغْتَسِلُونَ فِيهِ فَيَخْرُجُونَ كَأَنَّهُمُ الْقَرَاطِيسُ. فَرَجَعْنَا قُلْنَا وَيْحَكُمْ أَتُرَوْنَ الشَّيْخَ يَكْذِبُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَرَجَعْنَا فَلاَ وَاللَّهِ مَا خَرَجَ مِنَّا غَيْرُ رَجُلٍ وَاحِدٍ أَوْ كَمَا قَالَ أَبُو نُعَيْمٍ
“Aku pernah terpengaruh oleh satu pemikiran Khawarij, maka kami beberapa orang pergi untuk berhaji, kemudian kami ingin memberontak, kami pun melewati kota Madinah, ternyata ada sahabat Jabir bin Abdullah radhiyallahu’anhuma sedang duduk di sebuah sudut, beliau sedang menyampaikan hadits dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, ketika itu beliau telah menyebutkan tentang al-jahannamiun (orang-orang yang dibebaskan dari neraka setelah diazab, lalu dimasukkan ke surga). Maka aku berkata kepadanya: Wahai sahabat Rasulullah, mengapa engkau menyampaikan ini padahal Allah telah berfirman,
إِنَّكَ مَنْ تُدْخِلِ النَّارَ فَقَدْ أَخْزَيْتَهُ
“Sesungguhnya barang siapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan ia.” (Ali Imron: 192)
Dan firman Allah ta’ala,
كُلَّمَا أَرَادُوا أَنْ يَخْرُجُوا مِنْهَا أُعِيدُوا فِيهَا
“Setiap kali mereka hendak ke luar dari neraka, mereka dikembalikan (lagi) ke dalamnya.” (As-Sajadah: 20)
Maka apa yang bisa engkau katakan?
Beliau berkata: Apakah kamu membaca Al-Qur’an?
Aku berkata: Ya.
Beliau berkata: Apakah kamu pernah mendengar ayat tentang kedudukan (syafa’at) Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam yang akan Allah bangkitkan beliau dalam kedudukan ini?
Aku berkata: Ya.
Beliau berkata: Sesungguhnya itu kedudukan (syafa’at) Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam yang terpuji, yang dengan itu Allah mengeluarkan sebagian orang dari neraka.
Kemudian beliau menyebutkan tentang peletakan jembatan (shiroth) dan lewatnya manusia di atasnya –aku khawatir menyampaikannya karena aku tidak menghapalnya dengan baik, yang pasti beliau menyebutkan tentang satu kaum yang keluar dari neraka setelah mereka diazab di dalamnya, mereka keluar dalam bentuk seperti biji wijen yang terbakar sinar matahari- Beliau berkata: Mereka lalu masuk ke salah satu sungai di surga, mereka mandi padanya, lalu mereka keluar dalam bentuk seperti kertas-kertas putih.
Kami pun kembali, lalu kami berkata kepada rombongan kami, celaka kalian apakah kalian menganggap Asy-Syaikh (Jabir bin Abdullah) berdusta atas nama Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam (beliau tidak mungkin berdusta)?! Maka kami pun kembali, demi Allah (setelah itu) tidak ada seorang pun dari kami yang keluar (mengikuti Khawarij) kecuali satu orang –atau seperti yang dikatakan oleh Abu Nu’aim-.” [HR. Muslim]
Abu Nu’aim adalah Al-Fadhl bin Dukain, beliau adalah salah seorang perawi hadits ini. Dan hadits ini menunjukkan bahwa kelompok ini telah tertipu dengan pemikiran Khawarij dalam mengkafirkan pelaku dosa besar dan meyakini kekalnya di neraka, dan dengan pertemuan bersama sahabat Jabir radhiyallahu’anhudan penjelasan beliau, maka mereka kemudian mengikuti bimbingan beliau, meninggalkan kebatilan yang mereka pahami dan tidak jadi memberontak yang sudah mereka rencanakan akan dilakukan setelah melaksanakan haji, maka ini adalah faidah terbesar yang akan didapatkan oleh seorang muslim apabila ia merujuk kepada ulama.
Dan yang menunjukkan bahaya ghuluw (berlebih-lebihan) dalam agama dan menyimpang dari kebenaran serta menyelisihi pendapat Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah sabda Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, dari hadits Hudzaifah radhiyallahu’anhu,
إنَّ أخوفَ ما أخاف عليكم رجل قرأ القرآن، حتى إذا رُئيت بهجته عليه وكان ردءاً للإسلام، انسلخ منه ونبذه وراء ظهره، وسعى على جاره بالسيفورماه بالشرك، قلتيا نبيَّ اللهأيُّهما أولى بالشركالرامي أو المرمي؟ قالبل الرامي
“Sesungguhnya yang aku takuti menimpa kalian, adanya orang yang membaca Al-Qur’an, sampai apabila telah terlihat sinarnya dalam dirinya dan menjadi benteng bagi Islam, maka ia pun berlepas diri darinya dan membuangnya di belakang punggungnya, lalu ia memerangi tetangganya dengan pedang dan ia menuduh tetangganya itu telah melakukan syirik. Aku (Hudzaifah) berkata: Wahai Nabi Allah, siapakah yang lebih pantas dihukumi syirik, apakah yang menuduh atau yang tertuduh? Beliau bersabda: Bahkan yang menuduh.” [Diriwayatkan Al-Bukhari dalam At-Tarikh, Abu Ya’la, Ibnu Hibban dan Al-Bazzar, lihatAsh-Shahihah karya Al-Albani no. 3201]
Anak muda, umumnya buruk pemahaman, yang menunjukkan hal itu adalah sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Al-Bukhari dalam Shahih beliau (no. 4495) dengan sanadnya kepada Hisyam bin ‘Urwah dari bapaknya, bahwa beliau berkata,
قلت لعائشة زوج النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم وأنا يومئذ حديث السنِّأرأيتِ قول الله تبارك وتعالىإِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِن شَعَآئِرِ اللَّهِ فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ أَوِاعْتَمَرَ فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْهِ أَن يَطَّوَّفَ بِهِمَا، فما أرى على أحد شيئاً أن لا يطوَّف بهما، فقالت عائشةكلاَّلو كانت كما تقول كانتفلا جناح عليه أن لايطوَّف بهما، إنَّما أنزلت هذه الآية في الأنصار، كانوا يُهلُّون لِمناة، وكانت مناة حذو قديد، وكانوا يتحرَّجون أن يطوَّفوا بين الصفا والمروة، فلمَّا جاءالإسلام سألوا رسول الله صلى الله عليه وسلم عن ذلك، فأنزل الله إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِن شَعَآئِرِ اللَّهِ فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ أَوِ اعْتَمَرَ فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْهِ أَن يَطَّوَّفَبِهِمَا
“Aku berkata kepada Aisyah istri Nabi shallallahu’alaihi wa sallam dan aku ketika itu masih berumur muda: Apa pendapatmu tentang firman Allah ta’ala, “Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah termasuk syi’ar-syi’ar Allah, maka barangsiapa yang melakukan haji ke kakbah atau umroh, maka tidak ada dosa baginya untuk thawaf (sa’i) pada keduanya.” Maka aku berpendapat bahwa tidak ada dosa atas seorang pun yang tidak melakukan sa’i antara Shofa dan Marwah?
Aisyah berkata: Tidak, andaikan seperti yang engkau katakan maka ayatnya akan berbunyi, “Maka tidak ada dosa baginya untuk ‘tidak’ thawaf (sa’i) pada keduanya”. Hanyalah ayat ini turun ada sebabnya, yaitu tentang kaum Anshor, dulu mereka berihram untuk Manat, dan Manat terletak di Qudaid, dahulu mereka merasa berdosa untuk melakukan sa’i antara Shafa dan Marwah, maka ketika datang Islam, mereka bertanya kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam tentang itu, lalu Allah menurunkan (firman-Nya),“Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah termasuk syi’ar-syi’ar Allah, maka barangsiapa yang melakukan haji ke kakbah atau umroh, maka tidak ada dosa baginya untuk thawaf (sa’i) pada keduanya”.” [HR. Al-Bukhari]
Padahal ‘Urwah bin Az-Zubair termasuk sebaik-baik tabi’in, salah seorang dari 7 Fuqoha Madinah di masa tabi’in, beliau telah menyiapkan ‘udzurnya pada kesalahan beliau dalam memahami, yaitu keadaan beliau yang masih berumur muda ketika bertanya kepada Aisyah, maka jelaslah anak muda umumnya jelek pemahaman, dan bahwa kembali kepada ulama adalah kebaikan dan keselamatan.
Dan dalam Shahih Al-Bukhari (no. 7152) dari Jundab bin Abdullah radhiyallahu’anhu, ia berkata,
إنَّ أوَّل ما ينتن من الإنسان بطنُه، فمَن استطاع أن لا يأكل إلاَّ طيِّباً فليفعل، ومَن استطاع أن لا يُحال بينه وبين الجنَّة بملء كفٍّ من دم هراقه فليفعل
“Sesungguhnya bagian tubuh manusia yang pertama kali membusuk adalah perutnya, maka siapa yang mampu untuk tidak makan kecuali yang baik hendaklah ia lakukan, siapa yang mampu untuk tidak dihalangi antara dirinya dan surga dengan sepenuh genggaman darah yang ia tumpahkan hendaklah ia lakukan.” [HR. Al-Bukhari]
Al-Hafizh berkata dalam Al-Fath (13/130),
ووقع مرفوعاً عند الطبراني أيضاً من طريق إسماعيل بن مسلم، عن الحسن، عن جندب، ولفظه: (تعلمون أنِّي سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلميقول:  لا يحولنَّ بين أحدكم وبين الجنَّة وهو يراها ملءُ كفِّ دم من مسلم أهراقه بغير حلِّه)، وهذا لو لم يرِد مصرَّحاً برفعه لكان في حكم المرفوع؛ لأنَّهلا يُقال بالرأي، وهو وعيد شديد لقتل المسلم بغير حقٍّ
“Hadits ini secara marfu’ terdapat dalam riwayat Ath-Thabrani juga dari jalan Ismail bin Muslim, dari Al-Hasan, dari Jundab dengan lafaz: Kalian mengetahui bahwa aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
تعلمون أنِّي سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول:  لا يحولنَّ بين أحدكم وبين الجنَّة وهو يراها ملءُ كفِّ دم من مسلم أهراقه بغير حلِّه
“Janganlah terhalangi antara seorang dari kalian dan surga dengan sepenuh genggaman darah seorang muslim yang ia tumpahkan tanpa alasan yang benar, padahal ia sudah melihat surga.”
Lafaz ini tidak secara tegas sampai kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam (marfu’) akan tetapi ia dihukumi marfu’ karena tidak mungkin dikatakan berdasarkan pendapat (mesti berdasarkan wahyu), sebab di dalamnya ada ancaman yang keras terhadap dosa membunuh seorang muslim tanpa alasan yang benar (ini tidak mungkin dari pendapat Jundab, mestilah beliau pernah mendengarkan dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam).”
Dan hadits-hadits serta atsar-atsar ini sebagiannya telah aku sebutkan dalam risalah,
بأي عقل ودين يكون التفجير والتدمير جهادا؟ويحكم أفيقوا يا شباب
“Dengan akal dan agama apakah hingga pengeboman dan penghancuran dianggap jihad?! Kasihan kalian, sadarlah wahai para pemuda”
Dalam risalah ini terdapat beberapa ayat, hadits dan atsar yang banyak tentang haramnya bunuh diri dan membunuh orang lain tanpa hak. Risalah ini telah dicetak secara terpisah pada tahun 1424 H, dan dicetak pada tahun 1428 H bersama risalah lain yang berjudul,
بذل النصح والتذكير لبقايا المفتونين بالتكفير والتفجير
“Mengerahkan nasihat dan peringatan untuk sisa-sisa orang yang tertipu dengan pengkafiran dan pengeboman” termasuk dalam kumpulan kitab-kitab dan risalah-risalahku juz ke 6 hal. 225-279.
Dan untuk para pemuda yang telah ikut-ikutan di belakang penyeru kelompok (ISIS) ini, hendaklah mereka mengoreksi diri, kembali kepada kebenaran dan jangan berfikir untuk bergabung dengan mereka, yang akan menyebabkan kalian keluar dari kehidupan dengan bom bunuh diri yang mereka pakaikan atau disembelih dengan pisau-pisau yang telah menjadi ciri khas kelompok ini, dan (kepada para pemuda Arab Saudi) hendaklah mereka tetap konsisten dalam mendengar dan taat kepada pemerintah Arab Saudi yang mereka hidup di bawah kekuasaannya, demikian pula bapak-bapak dan kakek-kakek mereka hidup di negeri ini dalam keadaan aman dan damai. Negeri ini, dengan kebenaran (aku berkata) adalah sebaik-baiknya negeri di dunia ini, meskipun masih terdapat banyak kekurangan, diantara sebab kekurangan tersebut adalah bencana para pengikut Barat di negeri ini yang latah terhadap Barat, ikut-ikutan dalam perkara yang bermudarat.
Aku memohon kepada Allah ‘azza wa jalla agar memperbaiki kondisi kaum muslimin di setiap tempat, memberi hidayah kepada para pemuda kaum muslimin baik laki-laki maupun wanita kepada setiap kebaikan, menjaga negeri Al-Haramain baik pemerintah maupun masyarakat dari setiap kejelekan, memberitaufiq kepada setiap kebaikan dan melindungi dari kejelekan orang-orang yang jelek dan makar orang-orang yang buruk, sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan.
وصلى الله وسلم على نبينا محمد وعلى آله وصحبه
Sumber: www.sofyanruray.info